Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan rupiah mendapat sentimen dari rapat federal Reserve dan data ekonomi dari dalam negeri untuk hari ini (1/11). Kemarin, rupiah ditutup melemah setelah dolar Amerika Serikat (AS) menguat jelang rapat FOMC yang digelar 1-2 November 2022.
Senin (31/10), nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,28% ke Rp 15.598 per dolar AS. Senada, nilai tukar rupiah Jisdor melemah 0,34% menuju level Rp 15.596 per dolar AS.
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin menjelaskan bahwa momentum rapat The Fed kali ini menjadi pemicu penguatan dolar dan berdampak pada tekanan terhadap rivalitas utama sehingga rupiah pun tidak bisa mengelak dari penguatan mata uang Negeri Paman Sam tersebut.
Koreksi rivalitas utama dunia dan rebound dolar AS karena dorongan imbal hasil obligasi pemerintah AS membuat dolar perkasa. The Fed dipastikan menaikkan suku bunga 75 basis poin (bps) dan dapat mengantarkan suku bunga pada 4,00% pada rapat yang dimulai hari ini.
Baca Juga: Intip Prediksi Rupiah Jelang Rapat The Fed dan Rilis Data Inflasi
Kenaikan suku bunga 75 bps dari The Fed tersebut merupakan kenaikan keempat kalinya secara beruntun karena upaya menekan laju inflasi AS yang kini bertengger di 8,2%.
Diharapkan dengan kenaikan Fed Fund Rate (FFR) ini, dapat menjinakkan suku bunga untuk kembali berada di bawah 8,0%. Inflasi AS dikabarkan akan rilis pada 10 November.
"Pasar pun coba mencermati serangkaian kejadian penting yang tersaji pekan ini, salah satunya laporan data ketenagakerjaan AS yang diperkirakan mengalami penyusutan dari data Non Farm Payroll (NFP) dan angka tingkat pengangguran," ungkap Nanang, kemarin.
Di sisi lain, pasar dalam negeri pun akan berhati-hati menentukan posisi mereka jelang rilis data sektor manufaktur Purchasing Manager Index (PMI) dan angka inflasi konsumen di Oktober.
Inflasi konsumen Indonesia secara tahunan di Oktober diperkirakan bertambah ke 5,99% dari sebelumnya 5,95%. Ditambah lagi sektor Asia juga bergerak melemah, kita laporan data manufaktur China yang mengalami kontraksi.
Baca Juga: Data Inflasi dan Manufaktur Akan Menyetir Arah Rupiah Esok
Nanang memperkirakan data inflasi dan data manufaktur akan mewarnai pergerakan rupiah Selasa (1/11). Estimasi pergerakan rupiah akan bergerak pada rentang harga Rp 15.560 - Rp 15.650 per dolar AS.
Analis Monex Investindo Andian Wijaya menambahkan bahwa sentimen dolar AS masih menjadi penggerak dominan melemahnya rupiah.
"Terlihat setelah mulainya kenaikan suku bunga secara agresif The Fed sejak bulan Juli lalu," ucap Andian saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (31/10)
Andian bilang, penguatan rupiah baru akan terjadi apabila The Fed memberikan pernyataan akan menghentikan kebijakan suku bunga agresif untuk bulan Desember.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News