Reporter: Hasyim Ashari | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tentu tak terlepas dari pengaruh kondisi internal dan eksternal. Sejumlah sentimen diprediksi akan menjadi tantangan bagi pertumbuhan IHSG di tahun ini.
Kepala Riset Capital Buana, Alfred Nainggolan menyampaikan, untuk risiko dari dalam negeri ada empat poin. Pertama, potensi perlambatan ekonomi. Meskipun kemungkinannya kecil, namun jika mengaca pada sejarah sebelumnya itu mungkin terjadi.
“Realisasi belanja pemerintah menjadi faktor penentu,” ujar Alfred kepada KONTAN, Senin (2/1).
Kedua, kurs rupiah atau depresiasi rupiah. Meskipun kontribusinya tidak langsung ke IHSG namun ini tentunya akan berpengaruh terhadap emiten dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tentunya ini menjadi faktor kuat yang akan mempengaruhi IHSG.
Ketiga yaitu inflasi. Jika inflasi tinggi, ada potensi Bank Indonesia akan melakukan kebijakan moneternya yakni menaikan suku bunga. Suku bunga kredit akan mengalami kenaikan dan cost masing-masing emiten akan mengalami kenaikan dan membuat emiten tergerus dari sisi laba.
Keempat yaitu dari sisi kebijakan auto rejection simetris. Namun pada dasarnya kebijakan ini perlu dilakukan karena membuat pasar menjadi wajar. “Memang ini jadi risiko tapi harus dilakukan untuk menciptakan pasar yang fair,” ungkapnya.
Sementara, Kepala Riset Erdhika Securities, Wilson Sofan menilai, kondisi dalam negeri lebih banyak mendapat sentimen positif dibandingkan sentimen negatif. Proyek-proyek pemerintah sedang digenjot. “Ini menjadi sentiment positif,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News