kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini Rekomendasi Saham yang Jadi Pemberat IHSG Bulan Juli


Senin, 11 Juli 2022 / 08:00 WIB
Ini Rekomendasi Saham yang Jadi Pemberat IHSG Bulan Juli


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dominan berada di zona merah sepanjang Juli 2022. Per Jumat (8/7), IHSG turun 2,48% month-to-date (mtd) ke level 6.740,22 dari posisi 6.911,58 pada akhir Juni 2022.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), 10 teratas laggard IHSG bulan Juli 2022 adalah PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Bank Jago Tbk (ARTO), dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN).

Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengatakan, saham-saham tersebut dijual oleh pelaku pasar seiring dengan banyak sentimen negatif yang membayangi pasar modal belakangan ini. Pasar masih menimbang sentimen global terkait kekhawatiran resesi, inflasi yang tinggi, kenaikan suku bunga The Fed yang agresif, serta konflik Rusia-Ukraina yang tak kunjung selesai.

Sentimen-sentimen negatif tersebut membuat pelaku pasar menghindari aset berisiko moderat seperti saham ke instrumen yang lebih rendah risiko.

"Alhasil saham-saham big caps tersebut yang dijual karena likuid sehingga mudah mendapatkan kembali cash," kata Cheril saat dihubungi Kontan.co.id Minggu (10/7).

Baca Juga: Diprediksi Menguat, Simak Rekomendasi Saham PGAS, TOWR, dan DSNG untuk Senin (11/7)

Bernada serupa, Head of Research FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibowo menilai, aksi jual yang dilakukan pelaku pasar atas saham-saham big caps tersebut disebabkan oleh kondisi global yang belum mendukung. Sebut saja nilai tukar rupiah yang melemah, kenaikan inflasi, tensi geopolitik, dan pengetatan kebijakan moneter para bank sentral.

Terkait dengan sahamnya, Cheril menilai, saham-saham bank yang menjadi laggard IHSG menarik untuk dicermati di tengah penurunan harganya. Pasalnya, bank diperkirakan akan mengikuti langkah The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan sehingga diharapkan akan meningkatkan kinerja kredit perbankan.

Selain itu, CPIN, UNTR, dan AMRT masih menarik dicermati. Sentimen positif bagi CPIN berasal dari peluang Indonesia untuk memenuhi kekurangan pasokan ayam di Singapura. CPIN menjadi salah satu perusahaan yang sudah mengantongi persetujuan untuk mengekspor produksnya ke Singapura.

Baca Juga: Saham LQ45 Diobral, Simak Rekomendasi Saham yang Prospektif

Lalu, UNTR akan diuntungkan terkait harga batubara yang masih prospektif di tengah kenaikan harga gas alam. Sementara AMRT masih menarik karena menyediakan kebutuhan primer yang akan selalu diminati masyarakat, ditopang oleh mobilitas masyarakat yang tinggi sehingga akan meningkatkan konsumsi.

Cheril memprediksi, saham-saham tersebut masih memiliki peluang kenaikan harga sebesar 5%-10% dalam jangka pendek hingga menengah. Per Jumat (8/7), BMRI ditutup di harga Rp 7.475 per saham, BBRI Rp 4.200, BBCA Rp 7.150, CPIN Rp 5.750, UNTR Rp 27.450, dan AMRT Rp 1.900 per saham.

Baca Juga: IHSG Bisa Menguat, Simak Rekomendasi Saham untuk Senin (11/7)

Wisnu juga berpendapat, saham-saham perbankan besar yang menjadi laggard IHSG menarik untuk dilirik. "Saya rasa masih akan menarik seiring performa kinerja yang sudah terbukti membaik pada kuartal pertama 2022," ucap Wisnu. Dia menetapkan target harga untuk BMRI di Rp 8.300 per saham, BBRI Rp 4.500, dan BBCA Rp 8.000 per saham.

Di sisi lain, Cheril memprediksi ada sejumlah saham di daftar top 10 laggard IHSG yang masih berpotensi turun, yaitu GOTO, ASII, dan ARTO. Menurutnya, GOTO tidak diuntungkan dari kenaikan suku bunga mengingat mempunyai utang yang besar.

Lalu, ARTO secara valuasi masih tergolong mahal meski harganya sudah turun dari level sebelumnya. Sementara ASII belum menarik karena sudah tidak ada dukungan insentif pajak kendaraan ditambah harga bahan bakar minyak yang naik sehingga berpotensi menurunkan minat pembelian kendaraan ASII.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×