CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.517.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Ini Pilihan Saham yang Cocok untuk Investasi Jangka Panjang Tahun 2022


Rabu, 20 April 2022 / 07:08 WIB
Ini Pilihan Saham yang Cocok untuk Investasi Jangka Panjang Tahun 2022
ILUSTRASI. Ini Pilihan Saham yang Cocok untuk Investasi Jangka Panjang Tahun 2022


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak awal tahun 2022 hingga 19 April dalam tren mendaki. Berikut sejumlah saham pilihan dari emiten dengan kapitalisasi pasar besar di atas Rp 100 triliun yang cocok untuk investasi jangka panjang.

IHSG ditutup di level 7.199,23 pada perdagangan Selasa 19 April 2022. Sejak awal tahun 2022 atau secara year to date, IHSG bertambah 533,92 poin atau 8,01%.

Untuk investasi jangka panjang, sejumlah saham dari emiten dengan kapitalisasi pasar jumbo di atas Rp 100 triliun memiliki prospek cerah.

Hingga saat ini terhitung ada 18 emiten dengan kapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun. Teranyar, ada PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang bergabung pada daftar saham big cap dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 447,69 triliun.

Kepala Riset Praus Capital, Alfred Nainggolan, mengatakan, penambahan emiten dengan kapitalisasi pasar besar dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, emiten eksisting yang nilai kapitalisasinya mengalami pertumbuhan.

Emiten yang mencatatkan pertumbuhan nilai kapitaliasinya memberikan realita baik bagaimana nilai perusahaan mengalami kenaikan, bahkan menembus Rp 100 triliun.

Kedua, dapat dilihat dari emiten yang listing dengan nilai di atas Rp 100 triliun seperti GOTO. Masuknya GOTO ke pasar saham menunjukan bagaimana optimisme perusahaan terhadap pasar modal dengan segala pertimbangan seperti likuiditas, investor dan potensi pendanaan perusahaan yang dianggap mampu memenuhi harapan mereka.

"Pasar yang semakin besar akan semakin membuat daya tarik semakin kuat bagi investor-investor lokal dan global. Penambahan investor-investor tersebut akan menjadi daya tarik bagi perusahaan lainnya untuk listing di pasar," paparnya pada Kontan, Senin (18/4).

Baca Juga: Asing Net Buy Rp 427 Miliar Saat IHSG Terkoreksi, Ini Saham yang Banyak Diburu

Pada umumnya, Alfred melihat, perusahaan-perusahaan dengan kapitalisasi pasar jumbo merupakan perusahaan dengan size bisnis yang besar. Sehingga dikategorikan memiliki bisnis yang mature. Hal penting yang perlu dicermati, sejauh mana kenaikan kapitalisasi pasar emiten bisa dijelaskan oleh kenaikan performa perusahaan.

Ia mengambil contoh, saat ini nilai kapitalisasi pasar PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp 156 triliun, angka ini melesat dari posisi tahun 2008 yang berada di bawah Rp 20 triliun.

Alfred menegaskan, kenaikan tersebut bisa dijelaskan dengan kenaikan yang signifikan dari sisi laba yang diperoleh. Pasalnya, pada tahun 2008 laba BBNI hanya Rp 1,2 triliun dan sekarang ini menembus belasan triliun, bahkan di tahun 2018 mencapai Rp 15 triliun.

Di lain sisi, PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang memiliki kapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun per Maret 2020, hanya menorehkan pendapatan Rp 871 miliar dengan nilai ekuitas sebesar Rp 1,2 triliun. Selain itu, aset DCII juga hanya sebesar Rp 2,9 triliun dan laba sebesar Rp 261 miliar.

"Bila dibandingkan dengan kapitalisasi pasarnya Rp 100 triliun, terpaut nilai yang sangat besar, kondisi seperti ini yang menurut saya menjadi peluang terjadinya penurunan kapitalisasi pasar," tambah Alfred.

Jadi, ia menjelaskan, emiten yang berpotensi mengalami penurunan kapitalisasi adalah emiten yang memiliki multiple valuation yang sangat tinggi, dimana price earning ratio (PER) atau price to book value (PBV) yang mencapai ratusan kali.

Secara umum, Alfred melihat prospek saham big cap masih tumbuh cukup tinggi di tahun ini, seperti sektor komoditas, teknologi, telekomunikasi, kesehatan, dan perbankan.

Sementara itu, sektor yang pertumbuhannya tidak terlalu besar karena faktor kondisi global dan pandemi ada sektor transportasi darat, pariwisata, restoran, dan manufaktur.

Lebih lanjut Alfred bilang, saham big cap sektor perbankan seperti BBRI, BBNI, BMRI menarik untuk dicermati. Kemudian ada sektor telekomunikasi seperti TLKM, sektor terkait komoditas seperti ADRO dan UNTR juga bisa dilirik. Selain itu, saham-saham yang valuasinya masih relatif murah juga bisa jadi pilihan.

Ia merekomendasikan hold saham BBRI dengan take profit di harga Rp 5.125 per saham, kemudian buy BBNI dengan TP di Rp 9.950, dan buy BMRI dengan TP Rp 9.400. Sementara untuk saham TLKM Alfred memberikan rekomendasi hold dengan TP Rp 5.080. Selanjutnya buy ADRO dengan TP Rp 4.000, dan buy UNTR dengan TP di Rp 36.000.

Itulah rekomendasi saham pilihan dari emiten dengan kapitalisasi pasar besar yang cocok untuk investasi jangkan panjang. Ingat, disclaimer on, segala risiko investasi atas rekomendasi saham ini menjadi tanggung jawab Anda sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×