Reporter: Oginawa R Prayogo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Investasi yang baik adalah investasi yang sesuai kemampuan dan tujuan dari masing-masing individu. Pada pelaksanaannya investasi juga membutuhkan strategi agar dapat memberikan hasil yang optimal. Strategi investasi di tiap waktu pun berbeda.
Lantas, bagaimana strategi di investasi di tahun depan?
Eko Endarto, Perencana Keuangan Finansia Consulting menyampaikan investasi itu memperhatikan kondisi ekonomi dan kondisi instrumen investasi itu sendiri. Jadi, strategi investasi di tahun lalu, tahun ini, dan tahun depan memiliki perbedaan.
"Tahun lalu (2012) kita dalam tahap pertumbuhan tinggi sehingga strategi menyerang dan mengumpulkan saham mungkin langkah tepat," ujar Eko kepada KONTAN, Kamis lalu (12/12). Memang, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir tahun lalu dalam tren yang menanjak. IHSG bergerak naik dari angka 4.300 di akhir tahun 2012 menjadi 5.200 di Mei 2013.
Eko juga menjelaskan di akhir tahun ini pertumbuhan saham di IHSG melambat. Dia bilang saatnya untuk menahan diri untuk berinvestasi di saham. "Tapi produk obligasi bisa sebagai jawaban untuk awal tahun depan," pungkasnya.
Eko menjelaskan, meski IHSG masih dalam keadaan menurun, investasi saham masih dapat dilirik asal untuk jangka panjang (> 3 tahun). Alasannya harga saham yang berada di harga rendah atau harga obral.
Investasi di tahun depan
Bagi masyarakat yang ingin berinvestasi di tahun depan pun harus memperhatikan jangka waktu dari investasi yang diinginkan. Eko membagi investasi di tahun depan menjadi tiga jangka waktu.
Eko menyarankan berinvestasi di produk perbankan dan pasar uang untuk jangka waktu yang pendek (< 1 tahun). Alasannya karena bunga bank tengah mekar. "Jadi untuk mereka yang punya kebutuhan likuiditas sampai 6 bulan ke depan dapat senang karena bunga bank tinggi," ujar Eko.
Kemudian untuk investasi dengan tujuan jangka menengah (1 tahun - 3 tahun), pilihannya ke surat utang (obligasi) korporasi. "Obligasi yang keluar akan memberi bunga lebih tinggi lagi karena sulitnya industri mendapat dana," kata Eko.
Sedangkan yang mau jangka panjang (> 3 tahun), pilihan investasi dapat jatuh ke saham karena harga saham yang berada di harga rendah. Namun, untuk instrumen investasi saham, Eko menyarankan untuk mengurangi pembelian saham. Jika ada saham yang mau dibeli diusahakan pada saham-saham yang berfundamental baik, dengan harapan harga saham tersebut dapat naik dalam beberapa tahun ke depan.
Eko menegaskan semua produk investasi memberikan kesempatan yang baik, agar disesuaikan dengan jangka waktu dan tujuan dari masing-masing individu. Dia juga bilang jangan lupa perhatikan alokasi aset dan diversifikasi dari investasi tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News