Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan tambang nikel PT Ifishdeco (IFSH) menghadapi sederet tantangan bisnis sepanjang tahun ini, sehingga berdampak pada kinerja keuangan yang diraih perusahaan tersebut pada semester I-2020.
Seperti yang diketahui, penjualan neto IFSH turun 80,07% (yoy) menjadi Rp 80,35 miliar di semester satu lalu. IFSH juga menderita rugi bersih sebesar Rp 24,83 miliar di semester satu silam, padahal di periode yang sama di tahun lalu perusahaan ini meraih laba bersih Rp 37,99 miliar.
Sekretaris Perusahaan IFSH Christo Pranoto mengatakan, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab penurunan kinerja IFSH di paruh pertama tahun ini.
Salah satunya adalah kebijakan larangan ekspor ore atau bijih nikel yang membuat IFSH harus mengalihkan penjualan produknya ke pasar dalam negeri. Proses memasuki pasar domestik perlu beberapa penyesuaian baik secara komersial maupun operasional. Hal ini untuk memenuhi standar kebutuhan smelter pengolah bijih nikel di dalam negeri.
Baca Juga: Lesu, penjualan bersih Ifishdeco (IFSH) turun 78% di kuartal I-2020
“Selain itu, perbedaan harga ekspor dan lokal juga berdampak pada pendapatan dan profit perusahaan,” imbuh dia, Jumat (11/9).
Kinerja IFSH juga cukup terpengaruh oleh pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sebab, IFSH harus melakukan protokol pencegahan Covid-19 di area kerja baik di kantor pusat maupun di area pertambangan.
Selama masa pandemi, mobilisasi karyawan di area operasional tambang IFSH terhambat. Ini mengingat karyawan yang pulang ke daerah asal sulit untuk kembali ke area pertambangan, karena harus melalui proses karantina agar bisa memperoleh izin masuk dan kerja di area pertambangan IFSH.
Karyawan senior IFSH juga terhambat saat kunjungan ke area tambang untuk mengatur operasional perusahaan. Akibatnya, tenaga operasional di sana berkurang hingga di atas 25%. Belum lagi, proses inspeksi ore oleh pihak pembeli juga sering terhambat akibat dampak pandemi virus corona.
Tak hanya itu, kinerja IFSH juga dipengaruhi oleh musim hujan yang cukup panjang dari bulan Februari lalu hingga puncaknya di bulan Mei dan Juni. Kondisi tersebut menghambat penjualan produk IFSH, terutama pada proses hauling stok ore ke jetty dan proses barging untuk pengapalan.
“Selain hujan, pada bulan Mei lalu kegiatan tambang sempat terhenti karena libur Lebaran dan cuti bersama yang cukup panjang,” ungkap Christo.
Selanjutnya: Pendapatan merosot, Ifishdeco (IFSH) rugi bersih Rp 24,83 miliar di semester I 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News