Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT) resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia, Rabu (8/4). Emiten tekstil ini menjadi perusahaan ke-21 yang melantai di bursa sepanjang tahun 2020.
SBAT merupakan produsen tekstil yang memiliki spesifikasi pada produk benang hasil daur ulang (recycle) bahan tekstil. Benang yang diproduksi SBAT berupa benang jenis open end dan ring spinning, yang diekspor ke berbagai negara di belahan dunia, mulai dari Kanada, Malaysia, Korea Selatan, hingga Afrika Selatan.
Namun, aktivitas ekspor SBAT cukup terganggu dengan adanya penyebaran virus corona. Sekretaris Perusahaan Sejahtera Bintang Abadi Textile David Sumito mengatakan kegiatan ekspor SBAT mengalami hambatan terutama ke negara-negara yang sedang mengalami lockdown (karantina wilayah).
Baca Juga: Sejahtera Bintang Abadi Textile (SBAT) resmi melantai di BEI
“Kalau ekspor kami cukup terganggu dengan Negara yang sedang mengalami lockdown, seperti Malaysia dan negara-negara Eropa,” ujar David ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (8/4).
Untuk mengatasi hal ini, SBAT mengalihkan ekspornya ke Negara-negara yang tidak mengalami lockdown seperti ke Korea Selatan, Bangladesh, hingga Brasil. SBAT juga mulai menggenjot porsi ekspornya ke wilayah Amerika Selatan dan Afrika Selatan seiring sepinya pasar Eropa akibat penyebaran corona.
Khusus untuk Korea Selatan, Bangladesh, dan Malaysia, David mengatakan. ketiga negara tersebut menjadi tujuan ekspor utama SBAT selama ini.
Meski ekspor terganggu, David menegaskan. kegiatan operasional SBAT masih berjalan normal. Adapun saat ini SBAT memiliki kapasitas produksi hingga 20.000 ton benang per tahun.
Tahun lalu, David memproyeksikan pendapatan bersih SBAT mencapai Rp 318 miliar. Sementara per September 2019, emiten yang berbasis di Kabupaten Bandung ini membukukan pendapatan bersih senilai Rp 227,7 miliar.
Untuk tahun ini, David masih optimistis SBAT mampu mempertahankan kinerjanya. Setidaknya, realisasi pendapatan tahun ini diproyeksikan bisa sama dengan tahun lalu mengingat penyebaran virus corona cukup memukul pasar tekstil dunia.
“Kami berharap pandemik ini cepat berlalu supaya pasar ekspor kita terbuka dan kami bisa lebih gencar ekspor lagi,” imbuh dia.
Tahun lalu, penjualan ke pasar ekspor menyumbang sekitar 30% dari pendapatan SBAT, sementara 70% didominasi oleh penjualan ke pasar domestik khususnya di Pulau Jawa dan sebagian Pulau Bali.
Untuk diketahui, benang hasil daur ulang (recycle) olahan SBAT akan diolah pelanggannya untuk memproduksi barang keperluan rumah tangga, mulai dari handuk, sarung tangan rajutan, kain denim, kain kanvas, karpet, pel, serbet, kain lap dan produk lainnya.
Baca Juga: Penuhi kebutuhan alat pelindung diri (APD), industri tekstil diversifikasi produk
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News