Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Bursa Amerika Serikat (AS) menutup hari perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (27/6) dengan penguatan. Namun, dibandingkan pekan sebelumnya yang mencetak rekor, indeks AS cenderung tak agresif.
Jumat lalu, Dow Jones Industrial Average ditutup di level 16.851,8, naik kurang dari 0,1% dari hari sebelumnya. Dibanding Jumat pekan sebelumnya (20/6) ketika Dow Jones mencapai rekor di posisi 16.947,1, indeks turun 0,56%.
Senada, Standard & Poor's 500 Index juga tak mampu kembali menoreh rekor pekan lalu. Indeks ini ditutup di level 1960,96 pada Jumat lalu, turun tipis 0,09% dari sepekan sebelumnya yang mencapai level 1962,87. Ini merupakan harga tertinggi yang pernah dicetak S&P.
Pekan lalu investor tak bergerak agresif lantaran dipengaruhi beberapa hal. Salah satunya, konflik geopolitik di kawasan Irak dan Ukraina-Rusia. Konflik di Irak sempat memanas kembali di tengah pekan ketika militer mencoba menyerang kawasan yang diduduki pemberontak ISIL di barat Irak, serta menangkapi pemberontak di perbatasan Yordania.
Kabar yang juga mempengaruhi pergerakan bursa pekan lalu adalah pernyataan Presiden the Federal Reserve St. Louis yang memprediksi kenaikan suku bunga AS akan dilakukan pada Maret 2015 mendatang, lebih cepat daripada perkiraan sebelumnya.
Perekonomian AS berkontraksi 2,9% sepanjang Januari-Maret. Namun, inflasi tahunan bulan Mei mencapai 1,8%, mendekati target inflasi The Fed yaitu 2%. Pemulihan ekonomi AS tersebut yang diperkirakan mendorong The Fed lebih cepat menutup keran pelonggaran stimulus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News