kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Ini alasan pertumbuhan ekonomi AS tahun 2019 bisa melambat di bawah 2%


Rabu, 21 November 2018 / 10:46 WIB
Ini alasan pertumbuhan ekonomi AS tahun 2019 bisa melambat di bawah 2%
ILUSTRASI. Ilustrasi warga AS


Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Amerika Serikat (AS) bisa dibilang tengah menikmati pertumbuhan ekonomi lebih kencang ketimbang negara lain saat ini. Namun, tahun 2019, ekonomi AS diperkirakan tumbuh melambat menjadi 1,9% dari tahun ini.

Ditopang kebijakan pemangkasan pajak dan stimulus, ekonomi AS berada di puncak. Pertumbuhan ekonominya mencatat 4,2% pada kuartal kedua tahun ini. Dikutip dari CNBC, Ekonom JPMorgan memperkirakan, ekonomi kuartal keempat 2018 masih bisa tumbuh 2,5% dan seluruh tahun mencapai 3,1%. 

Tren kenaikan bunga acuan The Fed yang terus berlangsung tahun depan, sementara stimulus kebijakan fiskal yang tak sederas tahun ini, disebutkan akan menjadi penyebab pelambatan ekonomi AS di tahun 2019. 

Ekonom JPMorgan memperkirakan, pertumbuhan ekonomi AS tahun 2019 sebesar 2,2% dan 2% pada kuartal pertama dan kedua. Lalu, turun menjadi 1,7% pada kuartal ketiga, dan menjadi 1,5% pada kuartal keempat. 

Sekadar informasi, terakhir kali AS mencatat pertumbuhan ekonomi di bawah 2% yaitu pada kuartal pertama 2017.  

Korporasi AS sejatinya masih akan menikmati beban pajak lebih murah tahun depan. Tetapi, sebagian keuntungan akan terkikis oleh tren kenaikan bunga yang berjalan cukup panjang.

Ditambah lagi, efek kebijakan perdagangan terkait tarif akan lebih terasa dampaknya. "Kebijakan perdagangan saat ini hanya gangguan minor. Tetapi, kami perkirakan, kebijakan tarif akan lebih menjadi hambatan terhadap pertumbuhan di tahun 2019," tulis JPMorgan.

Sementara itu, penerapan tarif dagang tinggi ini akan menyebabkan inflasi di negeri Paman Sam. Dengan proyeksi inflasi 2,3% di tahun 2019, kebijakan tarif bisa mempercepat penambahan inflasi 0,2%.

Dengan skenario ini, besar kemungkinan The Fed mempertahankan kebijakan pengetatan moneternya; naik satu kali lagi di sisa tahun ini, lalu tiga kali di tahun depan ke level 3,25% - 3,5%. Proyeksi ini lebih tinggi dibanding level netral di sekitar 3%. 

The Fed, menurut JPMorgan, bisa menaikkan bunga beberapa kali jika tidak ada risiko dari ekonomi global, atau ketika dollar AS menguat signifikan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×