Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Prospek pasar saham Indonesia masih cantik di mata Aditya Srinath, Executive Director of Equity research di JP Morgan Securities Indonesia. Dia merekomendasikan Indonesia sementara men-downgrade opini atas negara-negara lain di Asia Tenggara seperti Filipina dan Malaysia.
"Dua pasar yang masih kita suka adalah Thailand and Indonesia," kata dia pertengahan pekan lalu (9/10). Ada beberapa hal yang menurut dia akan meningkatkan prospek pasar saham Indonesia.
Pertama, siklus kenaikan pasar saham di tahun pemilu. Jika kembali ke tahun 1999 dan 2004, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kala itu ditutup dengan masing-masing 70% dan 45%. Malah, di tahun pemilu 2009, IHSG menguat sampai 87%. "Mungkin saat ini terlihat turun, tapi di semester I-2015 akan menanjak kembali," kata Aditya.
Alasan kedua, tren penurunan bunga perbankan. Menurut Aditya, penurunan bunga domestik memberi sinyal perbaikan pasar ekuitas. Dengan penurunan tersebut, beban bunga yang harus ditanggung lebih ringan dan likuiditas lebih sehat.
Menurut dia, selera investor akan turun jika ada gangguan di likuiditas domestik. Begitu juga jika neraca transaksi berjalan atau defisit melebar, serta kondisi politik tak mendukung.
Aditya menegaskan, kondisi politik yang menjadi perhatian investor adalah hubungan antara parlemen dan eksekutif. "Kita lihat setelah 20 Oktober nanti, apakah benar perselisihan dengan parlemen akan mengganggu program-program reformasi dari pemerintah," kata dia.
Menurut dia, ketika di awal pemerintahan, pasar berkekspektasi tinggi akan adanya reformasi ketimbang pertumbuhan. Ekspektasi investor terhadap reformasi, dari pengamatan Aditya, lebih besar ketimbang ekspektasi para pelaku bisnis.
Pasar akan memperhatikan program administrasi baru yang dipimpin Joko Widodo dan Jusuf Kalla dari pemilihan kabinet, struktur kabinet, dan program serta anggarannya.
Dengan situasi ini, JP Morgan Securities Indonesia merekomendasikan saham-saham perbankan, semen, dan beberapa saham properti selektif.
Dalam rilisnya, analis JP Morgan Harsh W. Modi memilih saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebagai pilihan utama, diikuti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Aditya memperkirakan, IHSG pada Desember nanti akan mencapai level 5.300 - 5.500. Namun, ramalan tersebut bisa berubah, terutama setelah kerja pemerintahan baru mulai terlihat.
Ancaman capital outflow
Pasar saham Indonesia tidak terlepas dari peran investor asing. Indonesia, seperti halnya negara-negara berkembang lainnya akan terimbas dengan rencana kenaikan bunga Amerika Serikat (AS) lantaran akan ada dana keluar.
Pelemahan telah terlihat belakangan ini. IHSG misalnya sudah turun ke bawah level psikologis 5.000, bersamaan dengan pelemahan rupiah. Ini terimbas dari rencana kenaikan bunga yang akan dilakukan bank sentral AS, Federal Reserve.
Aditya melihat, dana sebesar US$ 1,8 miliar bisa keluar dari pasar emerging dalam sepekan.
Bagaimana nasib indeks setelah AS menaikkan bunga? "Faktanya, ketiga bunga naik, tidak berarti pasar emerging market pasti turun," kata dia. Ini terjadi di tahun 2005 dan 2007, ketika AS menaikkan bunga. Menurut dia, jika bunga naik karena pertumbuhan ekonomi membaik, akan membawa imbas positif ke pasar saham.
Berikut proyeksi pergerakan The Fed rate menurut JP Morgan Securities Indonesia
Forecasts & Strategy | ||||||
Interest rates | Current | Dec-14 | Mar-15 | Jun-15 | Sep-15 | |
United States | Fed funds rate | 0.125 | 0.125 | 0.125 | 0.500 | 0.750 |
10-year yields | 2.45 | 2.70 | 2.85 | 3.00 | 3.10 |
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News