Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inflasi Mei yang tercatat lebih rendah tahun ini, tidak menjadi penghalang bagi pertumbuhan kinerja sektor barang konsumsi, properti dan otomotif. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Mei tercatat 0,21% month on month (mom). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi Mei 2017 yang mencapai 0,39%.
Umumnya, inflasi sepanjang Ramadan tumbuh tinggi di kisaran 0,5%. Mengingat, Ramadan selalu menjadi ajang atau momentum puncak daya beli masyarakat. Namun, untuk tahun ini inflasi Ramadan justru jadi inflasi terendah.
Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menilai, kinerja tiga sektor tersebut bergantung pada beberapa hal lain di luar sentimen daya beli. "Saya lihat bukan pada kondisi daya beli saja, tapi juga confidence. Jadi enggak cukup hanya memompa demand dan suku bunga saja, tapi confidence juga perlu dijaga," kata Alfred kepada Kontan.co.id, Selasa (5/6).
Meskipun tak terpengaruh inflasi Ramadan yang rendah, kinerja sektor properti dan barang konsumsi tahun ini masih berat. Alasannya, volatilitas pertumbuhan masih terjadi dan membuat orang masih berat untuk berinvestasi di sektor properti.
"Tapi, kalau pertumbuhan ekonomi bisa naik cepat, diyakini pasar akan confidence. Jadi realisasi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibutuhkan," ujarnya.
Sedangkan untuk barang konsumsi, prospeknya dinilai Alfred cukup unik lantaran ruang pertumbuhannya mulai menyempit. Sektor barang konsumsi saat ini lebih banyak berharap pada diversifikasi yang dilakukan emiten, karena ekspansinya tidak cukup signifikan.
Sementara itu, meskipun prospek sektor otomotif tahun ini belum signifikan, Alfred optimistis prospeknya akan jauh lebih baik. "Apalagi bisnis-bisnis seperti seperti alat berat, ditambah kondisi keuangan emiten yang sudah mulai membaik, sehingga mendorong valuasi yang lebih murah," jelasnya.
Adapun saham-saham yang menarik untuk dilirik dari ketiga sektor tersebut adalah INDF, BSDE, dan ASII. Meskipun begitu, Alfred belum merekonomendasikan investor masuk ke sektor-sektor tersebut saat ini.
"Properti dan consumer goods, masih berat pertumbuhan kinerjanya, jadi harga sahamnya pun tak menunjukkan katalis positif. Kalau rekomendasi kami pilih ASII dan sektor lain di konstruksi," imbuh Alfred.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News