Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat investor pada lelang Surat Berharga Negara Syariah (SBSN), Rabu (2/6), masih terus naik seiring fundamental dalam negeri yang semakin kuat. Meski yield US Treasury berpotensi naik, analis memproyeksikan pasar obligasi pemerintah ini akan tetap stabil dan menarik.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR), lelang SBSN kali ini berhasil membawa total penawaran yang masuk sebesar Rp 44,65 triliun. Jumlah tersebut signifikan naik dari penawaran pada lelang SBSN dua pekan lalu yang sebesar Rp 19,9 triliun.
Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf mengatakan fundamental dalam negeri yang kuat mampu menarik lebih banyak investor. Fundamental tersebut tercermin dari keberhasilan pemerintah mengendalikan tingkat inflasi. Tercatat, inflasi tahunan periode Mei sebesar 1,68% masih sesuai dengan ekspektasi masyarakat.
Sementara, Dimas mengamati banyak negara lain yang mulai kewalahan menangani kenaikan inflasi. Yield US Treasury masih bertengger di level tinggi sekitar 1,7% untuk tenor 10 tahun seiring ekspektasi kenaikan inflasi di AS.
Baca Juga: Laris manis, simak hasil lelang Sukuk hari ini (2/6)
Di lelang selanjutnya, Dimas memproyeksikan minat investor akan lebih tinggi lagi, meski jumlahnya tidak setinggi pada lelang kali ini. Katalis positif datang dari pergerakan yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun yang berhasil turun secara perlahan ke 6,4% per Rabu (2/6), di tengah yield US Treasury yang masih tinggi. "Walaupun yield US Treasury masih tinggi tetapi yield SUN cenderung turun sedikit demi sedikit artinya pelaku pasar mulai percaya pada fundamental dan pasar obligasi pemerintah," kata Dimas.
Tren penurunan yield juga tercermin dalam lelang SBSN kali ini. Seri PBS027 yang menerima penawaran masuk terbanyak sebesar Rp 13,59 triliun, memiliki yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan di 4,57%. Level yield tersebut menurun dibandingkan dengan seri yang sama di lelang dua pekan lalu yang sebesar 4,83%.
Dengan tren yield yang menurun, akhirnya pemerintah menyerap lebih banyak sebesar Rp 11 triliun dari target indikatif Rp 10 triliun. Dimas mengatakan kondisi jumlah penawaran yang masuk signifikan dan yield yang diminta peserta lelang cenderung rendah maka ini saatnya yang tepat bagi pemerintah untuk menyerap lebih banyak pendanaan dari lelang ini dan menurunkan cost of fund.
Baca Juga: Sri Mulyani beberkan potensi keuangan syariah yang lebih US$ 4 triliun
Selain faktor pergerakan yield SUN yang stabil cenderung menurun, Dimas memproyeksikan antusias investor pada lelang selanjutnya akan tetap ramai tersokong valuasi pasar obligasi Indonesia yang rendah. Minat investor akan bertumbuh juga karena real yield obligasi Indonesia paling menarik dibanding negara lain dengan rating sama.
Di sisi lain, nilai tukar rupiah yang stabil juga akan mendukung pelaksanaan lelang selanjutnya tetap ramai. Apalagi, Dimas menilai proyeksi optimistis pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk kuartal II-2021 juga tidak luput menambah katalis positif. Tentunya, jika proyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2021 tercapai, Dimas memproyeksikan yield berpotensi semakin turun dan semakin menarik investor untuk masuk ke pasar obligasi.
Baca Juga: Imbal hasil CWLS seri SWR002 yang diperuntukkan untuk beli alat kesehatan mata
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News