Reporter: Yuliana Hema | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inflasi Amerika Serikat (AS) bulan Juni melesat di atas proyeksi pasar di level 9,1% secara tahunan. Data itu bakal membuka ruang bagi Federal Reserve untuk mengerek suku bunga lebih agresif, yang akan secara tidak langsung berdampak pada pergerakan dalam negeri.
Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee memaparkan, kenaikan inflasi ditambah data tenaga kerja AS yang membaik di sepanjang Juni seiringan tingkat pengangguran tetap di 3,6%. Menurut dia, kedua data itu peluang The Fed untuk lebih agresif menaikkan tingkat suku bunga akan semakin meluas. Hal ini yang bisa dicermati oleh pelaku pasar dan investor.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menyebut stagflasi global menghantui prospek perekonomian di Indonesia. Namun, BI bilang akan berusaha untuk menjaga inflasi di dalam negeri.
Baca Juga: Wall Street Tumbang Setelah Emiten Bank Melaporkan Penurunan Kinerja Kuartalan
"Mungkin stagflasi tidak terjadi di dalam negeri karena pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih akan lebih tinggi daripada inflasi," jelas Hans kepada Kontan.co.id, Kamis (14/7). Apalagi, Indonesia yang termasuk negara komoditas mendapat angin segar dari aliran dana asing sehubungan dengan kenaikan harga bahan komoditas karena masalah supply chain.
Di sisi lain, Hans menyebut ancaman besar di pasar modal dalam negeri adalah outflow atau aliran dana asing. Dia memperkirakan porsi kepemilikan asing di pasar saham mencapai 40% dan obligasi 30%.
"Ancaman asing keluar itu terjadi karena suku bunga The Fed sudah naik, sedangkan bunga kita belum naik sehingga spread antara bunga AS dan Indonesia sedikit," ucapnya.
Baca Juga: IHSG Dihantui Ancaman Stagflasi dan Outflow Investor Asing di Semester Dua 2022
Dia menilai adanya outflow ini akan memberikan tekanan untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun dalam. Namun, momen keluarnya asing ini bisa dimanfaatkan untuk akumulasi beli.
Untuk saat ini, dia menyarankan untuk investor bisa memperbanyak uang tunai dan bisa melirik pasar uang sambil mencermati pergerakan pasar saham.
"Kalau bisa dana yang diinvestasikan itu diamankan dulu untuk kas setengahnya. Sisanya untuk transaksi jangka pendek di pasar modal atau saham," tandas Hans.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News