Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga batubara turun ke level terendah dalam sebulan terakhir. Penurunan harga batubara dipicu oleh buruknya kondisi sektor industri di negeri China.
Mengutip Bloomberg, Senin (28/9) harga batubara kontrak pengiriman Oktober 2015 di bursa ICE Futures Exchange turun 1,6% ke level US$ 55,45 per metrik ton. Selama sepekan batubara turun 1,9%.
Harga batubara mencatat level terendah dalam sebulan terakhir setelah laba perusahaan sektor industri di China dilaporkan jatuh paling dalam setidaknya dalam empat tahun terakhir. Sektor yang menopang pertumbuhan infrastruktur di China ini mengalami tekanan atas devaluasi yuan, kejatuhan di pasar saham, serta lemahnya permintaan.
Biro Statistik Nasional di Beijing, Senin (28/9) mengungkapkan, keuntungan sektor industri per Agustus 2015 turun 8,8% dibanding periode sama tahun sebelumnya. Penurunan terbesar terjadi pada produsen batubara, minyak, dan logam. Menurut data yang dihimpun Bloomberg, penurunan ini merupakan yang terbesar sejak Oktober 2011.
Setelah devaluasi yuan dan jatuhnya pasar saham, sektor industri di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini berjuang dengan kelebihan kapasitas, investasi yang melambat, dan lemahnya manufaktur.
Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures mengatakan, sentimen dari melemahnya sektor industri China akan membayangi pergerakan harga batubara hingga sepekan ke depan. Di samping itu, kampanye ramah lingkungan masih terus dilakukan oleh konsumen batubara terbesar, termasuk China.
Wang Xiangzheng, Ketua Asosiasi Industri Batubara China menyatakan, batubara mengambil bagian sekitar 66% dari percampuran energi. Program lima tahun pemerintah China termasuk mengurangi bagian tersebut menjadi 62% pada tahun 2020.
Deddy melihat harga batubara masih sulit kembali rebound setelah hampir tiga tahun mengalami penurunan. Apalagi, China Dayli melaporkan, produsen batubara asal China Heilongjiang Longmay Mining Group berencana memangkas 100.000 pekerja dalam tiga bulan ke depan.
Pemotongan ini menandai penurunan lebih dari 40% tenaga kerja dari perusahaan tambang terbesar di wilayah timur laut Tiongkok tersebut. "Pemotongan pekerja itu menunjukkan sinyal suramnya batubara saat ini," lanjut Deddy.
Sementara data Biro Statistik Nasional Beijing menunjukkan, produksi batubara China dalam delapan bulan pertama tahun ini merosot 4,8% menjadi 2,4 miliar ton. Impor pada periode yang sama pun turun 31% menjadi 139 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News