kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,47   -2,07   -0.23%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indonesia perlu bercermin dalam transformasi hulu migas dari negara-negara ini


Selasa, 24 November 2020 / 17:39 WIB
Indonesia perlu bercermin dalam transformasi hulu migas dari negara-negara ini
ILUSTRASI. SKK Migas. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN


Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Upaya sejumlah negara dalam memperbaiki investasi hulu minyak dan gas bumi (migas) dinilai patut jadi cerminan bagi Indonesia yang kini tengah berupaya melakukan transformasi guna menarik investor.

Tenaga Ahli Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Nanang Abdul Manaf mengungkapkan Mesir sejak 2015 hingga 2017 melakukan eksplorasii secara masif guna menyediakan data 3D dengan menggandeng lembaga geosains dunia. Alhasil, data yang ditawarkan Mesir laku dan banyak calon investor tertarik.

"Kemudian dari proses ini kita tahu ada penemuan giant field, sekitar 40 triliun cubic feet (tcf) gas dan sekarang mulai produksi. Betapa cepat mereka lakukan reformasi dan survei 3D masif hingga penemuan dan produksi," ujar Nanang dalam diskusi virtual, Selasa (24/11).

Nanang menambahkan, untuk sampai ke tahapan produksi pemerintah Mesir tergolong cepat pasalnya untuk pengeboran saja tidak perlu memakan waktu hingga 3 tahun seperti yang terjadi di Indonesia.

Selain itu, pemerintah Mesir pun juga membangun infrastruktur pipa sepanjang 200 km di Lapangan Zohor ke Meditarian LNG di daratan. "Itu gunakan kontrak jaringan dan tanpa proses lelang pemerintahnya tetap perhatikan sehingga efisien dan efektif. Ini ditunggu investor, yang menarik tadi kecepatan," jelas Nanang.

Baca Juga: Di tengah pandemi Covid-19, pemerintah optimistis masih dapat investasi migas

Sementara itu, Kolombia pun dinilai juga patut menjadi contoh dimana investor benar-benar menjadi target. Pemerintah Kolombia tidak memberlakukan special tax bagi para investor serta diberlakukan fleksibilitas perpajakan dengan mempertimbangkan variabel harga minyak serta kondisi geologi cadangan. "Ketika harga minyak fluktuatif, sisi perpajakan menyesuaikan," ungkap Nanang.

Ia melanjutkan, dalam kondisi harga minyak yang turun saat ini maka para investor dapat tetap menjalankan bisnis dan investasi. Ia menuturkan, Mesir dan Kolombia menghargai kesucian kontrak dimana tidak ada perubahan pasca kontrak diteken hingga habis masa kontrak 30 tahun mendatang. Negara tetangga, Malaysia dinilai lebih atraktif padahal hanya memiliki tiga lapangan yakni Semenanjung Peninsula, Serawak dan Sabang.

Nanang menjelaskan, Malaysia melakukan empat hal yaitu meningkatkan investasi hingga stabil, tata kelola migas yang jelas, reformasi kebijakan fiskal dan transformasi bidang ekonomi sejumlah sektor. "Kalau kita membuat iklim investasi stabil tuh bukan hanya prioritas investor tapi juga ngeara akan dapatkan feedback yang besar dari investasi yang datang dan itu gerakan roda ekonomi yang tidak sedikit," kata Nanang.

Nanang mengungkapkan, Malaysia menemui kendala yang sama dengan Indonesia yakni mayoritas merupakan lapangan tua namun produksinya terus meningkat. "Mereka juga alami decline tapi kenapa bisa meningkat karena menerapkan kebijakan yang tepat dan efektif," pungkas Nanang.

Selanjutnya: Pelaku usaha migas menilai kualitas cadangan saja tak cukup untuk menarik investor

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×