kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indonesia dalam bayang-bayang resesi, bagaimana dampaknya ke IHSG?


Minggu, 02 Agustus 2020 / 17:57 WIB
Indonesia dalam bayang-bayang resesi, bagaimana dampaknya ke IHSG?
ILUSTRASI. Selama masih terjaga di atas level 5.000, penurunan IHSG masih akan terbatas.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah negara mengumumkan resmi mengalami resesi. Yang terbaru adalah Amerika Serikat (AS) yang dinyatakan resesi karena pertumbuhan ekonomi kuartal II tertekan hingga -32,9% pada periode April-Juni 2020.

Sebelumnya, perekonomian Negeri Paman Sam ini terkontraksi hingga -5% pada kuartal I-2020. Dus, ekonomi AS resmi masuk resesi teknis dengan penurunan pertumbuhan dua kuartal berturut-turut.

Selain AS, negara tetangga Singapura juga telah mengumumkan keadaan resesi ekonomi. Pada kuartal kedua 2020, perekonomian negeri Merlion ini terperosok dan mengalami kontraksi hingga 41,2%. Pencapaian tersebut anjlok untuk kedua kalinya setelah di kuartal pertama 2020 perekonomian Singapura juga terkontraksi 3,3%.

Baca Juga: IHSG diprediksi naik pada Senin (3/8)

Indonesia masih mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi di angka positif sepanjang kuartal pertama 2020. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2020 sebesar 2,97% secara year-on-year (yoy). Meski demikian, pertumbuhan ekonomi triwiulan I 2020 ini anjlok dari capaian pada kuartal I-2019 yang mencapai 5,07% dan lebih kuartal IV-2019 yang tercatat 4,97%.

BPS akan mengumumkan hasil pertumbuhan ekonomi domestik pada 5 Agustus 2020. Namun, banyak pihak yang memproyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua akan melambat dibandingkan kuartal pertama 2020.

Lantas, bagaimana dampak perlambatan ekonomi domestik terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)?

Baca Juga: Market cap emiten konstruksi BUMN merosot Rp 2,77 triliun seminggu terakhir




TERBARU

[X]
×