Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) menargetkan pertumbuhan penjualan semen sekitar 2% hingga 4% untuk tahun ini. Angka tersebut sejalan dengan estimasi pertumbuhan penjualan semen domestik nasional.
“Mudah-mudahan kami bisa mendapat volume yang lebih baik, tetapi fokus kami tumbuh sejalan dengan pertumbuhan industri,” terang Direktur Utama Indocement Christian Kartawijaya dalam paparan publik, Kamis (30/3).
Sebagai perbandingan, Indocement mencatat volume penjualan semen domestik sebesar 17,28 juta ton sepanjang 2022, menurun 1,6% secara tahunan. Sementara itu, volume ekspor INTP sebesar 306.000 ton, terkoreksi hingga 23,8% secara tahunan.
Baca Juga: Laba Emiten Semen Masih Kokoh di 2022, Pilih Mana, INTP atau SMGR?
Meski volume penjualan menurun, kinerja INTP berhasil meningkat sepanjang tahun lalu. Emiten produsen semen merek Tiga Roda ini membukukan pendapatan senilai Rp 16,32 triliun. Jumlah ini naik 10,5% dari pendapatan di 2021 sebesar Rp 14,77 triliun.
Kata Christian, naiknya pendapatan disebabkan oleh adanya kenaikan harga jual yang dilakukan INTP sebanyak 3 kali, yakni pada Maret, Juni, dan September 2022. Total kenaikan harga yang sudah dilakukan oleh INTP sudah lebih dari 25%.
Untuk mencapai pertumbuhan ini, INTP akan memperkuat penjualan di pangsa pasar utama semen tiga roda dan semen rajawali, yakni di wilayah metropolitan Jabodetabek dan wilayah Jawa Barat.
INTP juga akan memperkuat penjualan di wilayah Jawa Tengah, dimana INTP memasok sekitar sepertiga dari konsumsi semen di Jawa Tengah. Pasokan semen di Jawa Tengah akan disokong oleh pabrik INTP yang berlokasi di Cirebon.
Christian mengungkapkan, sepanjang 2022 terjadi penurunan penjualan dan pangsa pasar (market share) di Jawa Tengah seiring munculnya pemain semen baru. Ini membuat persaingan di pasar semen semakin ketat. Untuk menyiasati persaingan ini, INTP merilis merek baru yakni Semen Jempolan.
Sebelumnya, konstituen Indeks Kompas100 ini juga telah merilis semen Rajawali untuk menghadapi persaingan di wilayah Serang, Banten.
INTP juga bakal menggeber penjualan di wilayah Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan. Sebelumnya, INTP telah mengambil alih operasional sewa PT Semen Bosowa, Maros, dengan kapasitas 3,5 juta ton. “Sebabnya, kami ingin fokus terhadap peningkatan pangsa pasar yang signifikan di Sulsel,” sambung Christian. Di Nusa Tenggara, INTP akan mengoptimalkan penjualan di Lombok, dimana terdapat dua terminal semen yakni terminal Bosowa dan terminal semen tiga roda
INTP juga mencuil peluang pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur. Christian memperkirakan ada potensi pertumbuhan permintaan semen sekitar 500.000 ton sampai 1 juta ton. Untuk mengoptimalkan peluang ini, INTP akan mempersiapkan ekspansi terminal semen di Samarinda.
Baca Juga: Pendapatan dan Laba Bersih Indocement (INTP) Kompak Naik di Tahun 2022
INTP juga telah merelokasi terminal floating dari Sulawesi Tenggara ke Kuala Tanjung, Sumatra Utara untuk mengoptimalkan penjualan semen curah.
Hanya saja, Christian tidak menampik rezim suku bunga tinggi akan mempengaruhi permintaan semen, khususnya untuk segmen residensial. Kata dia, sejauh ini permintaan semen kantong mendominasi sebesar 73%, sisanya sebesar 27% merupakan konsumsi semen curah.
Nah, volume penjualan semen didominasi oleh semen kantong untuk kebutuhan residensial. Sementara permintaan hunian dipengaruhi oleh suku bunga.
“Saya cukup concern ke suku bunga deposito. Karena jika bunga deposito tinggi, ada pergeseran ke instrumen deposito, bukan ke instrumen residensial,” sambung Christian.
Sementara itu, industri semen juga masih dilanda kondisi kelebihan pasokan (oversupply), dimana pada tahun lalu oversupply di industri mencapai 54 juta ton. Kondisi oversupply juga tercermin dari turunnya utilisasi pabrik semen nasional yang turun dari 54,7 juta ton di 2021 menjadi 52,9 juta ton di 2022.
Proyeksi dia, pada lima tahun mendatang, utilitas pabrikan semen hanya di rentang 56% sampai 60%. Untuk itu, INTP menyambut baik adanya moratorium pembatasan pendirian pabrik baru semen untuk mengurangi over supply di pasar.
Namun secara keseluruhan, Christian memandang outlook tahun ini akan positif. Sejumlah proyek residensial dan infrastruktur juga sedang digarap tahun ini. Sejumlah pengembang besar seperti PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) juga disebut terus menggeber proyek-proyek dalam pipeline, yang berpotensi menyerap permintaan semen.
Untuk tahun ini, INTP mengalokasikan belanja modal alias capital expenditure (capex) senilai Rp 1,2 triliun, yang akan digunakan untuk sejumlah keperluan seperti pemasangan refused derived fuel (RDF), penambahan vessel, hingga ekspansi terminal di Samarinda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News