Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) masih harus berusaha keras memenangkan persaingan penjualan semen di Jawa Barat. Masuknya beberapa pemain baru dengan harga lebih murah berpeluang menjadi katalis negatif yang bisa menghadang kinerja.
Sejak tahun 2015, harga penjualan rata-rata atau average selling price (ASP) perseroan terus menunjukkan tren penurunan.
“Hingga tahun depan persaingan masih berat di Jawa Barat,” ujar Fahresi Fahalmesta, analis PT Ciptadana Sekuritas, Senin (6/11).
Rendahnya permintaan semen karena sektor properti masih belum pulih dan sektor infrastruktur yang pertumbuhannya belum maksimal, memicu terjadinya perang harga. Apalagi produk semen pendatang baru menawarkan harga yang lebih rendah dari produk INTP.
Meski belum lama ini meluncurkan dua produk baru, Semen Rajawali dan Semen Tiga Roda Superslag, tetapi hal itu dinilai belum berpengaruh banyak. Hanya Semen Rajawali yang diperkirakan bisa mempertahankan persaingan. Sementara untuk produk Tiga Roda Superslag, menurut Fahresi, INTP masih membutuhkan waktu untuk memperkenalkannya ke pasar.
“Walaupun mereka sudah bikin terminal plan tetapi di Jawa Barat persoalannya over supply masih mencapai 30 juta-35 juta ton,” terangnya.
Hal serupa diungkapkan Yosua Zisokhi. Menurutnya kondisi kelebihan pasokan di Jawa Barat berpotensi menekan tingkat ASP INTP. Diperkirakan sampai akhir tahun, ASP hanya mampu berada di kisaran 20%-21%.
“Karena masih memperkenalkan produk baru kemungkinan ASP bertahan di level itu,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini INTP juga harus mewaspadai persaingan pemasaran semen di Jawa Barat jauh lebih berat dibandingkan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pertumbuhan tingkat konsumsinya jauh lebih lambat. Selama Januari-September 2017, pertumbuhan konsumsi semen di Jawa Barat hanya sekitar 9%, sedangkan di Jawa Timur mencapai 14% dan Jawa Tengah naik sekitar 16%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News