kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,31   14,00   1.54%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indeks SUN naik, reksadana obligasi ikut terangkat


Senin, 18 Oktober 2010 / 07:15 WIB
Indeks SUN naik, reksadana obligasi ikut terangkat


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Harga indeks surat utang negara (SUN) yang terus bergerak naik membuat return reksadana pendapatan tetap ikut terkerek. Dari hasil riset Infovesta Utama rata-rata reksadana pendapatan tetap memberikan return sebesar 13,31%. Ada dua faktor yang menyebabkan kenaikan tersebut, yakni naiknya harga obligasi pemerintah dan kenaikan harga obligasi korporasi.

Edbert Suryajaya, analis Infovesta Utama menunjukkan data yang menunjukkan harga pada obligasi korporasi indeks sudah naik 9,43%. Sementara, SUN justru naik lebih gede yaitu sebesar 17,54%. "Kinerja paling tinggi memang berasal dari obligasi pemerintah," jelasnya.

Apalagi biasanya, obligasi korporsi harganya cenderung flat karena memang tidak likuid perdagangannya. Lain halnya dengan SUN yang harganya bisa mark to market. Tak heran, kinerja reksadana pendapatan tetap berbasis SUN naiknya lebih kencang.

Ambil contoh beberapa reksadana yang mempunyai kinerja cukup besar. Seperti reksadana milik BNP Paribas Investment Partners. Dua reksadananya yang berkinerja baik menurut Tino Moorrees, Presiden Direktur BNP Paribas Investment Partners menginvestasikan dananya di obligasi pemerintah. Dua reksadana tersebut adalah reksadana BNP Paribas PRima II dan BNP Paribas Obligasi Plus.

Reksadana BNP Paribas Prima II misalnya menempatkan dananya sebesar 78,09% di obligasi. Dimana hampir seluruh reksadana ini menempatkan dananya di obligasi pemerintah. Seperti FR0040, FR0052, FR0031 dan beberapa yang lain. Sedangkan sisa total dana kelolaan reksadana ini yaitu sebesar 21,91% ditempatkan pada pasar uang. "Sampai September lalu dana kelolaan reksadana ini sudah mencapai Rp 1,47 triliun," ungkapnya.

Menurut Tino reksadana pendapatan tetap masih cukup menarik. Lantaran harga saham yang sudah sangat tinggi. Maka diperkirakan obligasi akan menjadi tempat investasi yang lebih menarik. "Apalagi jumlah penawaran makin mengecil sedangkan permintaan obligasi terus naik," katanya.

Edbert justru memperkirakan kalau reksadana ini masih bisa memberikan return sampai akhir tahun. "Agak susah memperkirakan kalau pendapatan tetap. Kami memproyeksikan dalam dua bulan terakhir ini masih bisa memberikan potensi return sampai 3% dari posisi sekarang," jelasnya.

Kekhawatiran harga akan turun memang bisa saja terjadi. Karena saat ini boleh dibilang harga sudah mencapai yang tertinggi. Tapi selama potensi kenaikan suku bunga belum terjadi dan minat asing yang tinggi, harga obligasi diperkirakan masih akan terus naik.

Kendati begitu, ada pula beberapa reksadana yang belum mampu mendapatkan kinerja positif. Reksadana tersebut adalah Paramitra Platinum B milik PT Paramitra Alfa Sekuritas dan reksadana Pavilion Dana Anugrah milik PT Pavilion Capital.

Negatifnya kinerja reksadana pendapatan tetap tersebut menurut Edbert, bisa disebabkan oleh penarikan dana yang dilakukan oleh para investornya. Selain itu, reksadana tersebut ditempatkan di obligasi korporasi. Jadi ketika ada redemption besar maka kinerja ikut tergerus. Jika melihat data Bapepam LK, kinerja reksadana milik Paramitra Platinum B memang ada penarikan dana cukup besar sejak bulan Agustus 2010. Di bulan Juli total dana kelolaan Paramitra Platinum masih sebesar Rp 3,35 miliar. Tapi dana tersebut terus merosot di bulan Agustus menjadi Rp 1,41 miliar. Tak ayal, jumlah unit mereka juga turun dari 3,49 juta unit berkurang menjadi 1,44 juta unit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×