Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks sektor keuangan (IDX Sector Financials) mulai bergerak naik, meskipun masih berada di zona merah sejak awal tahun (YtD). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) indeks keuangan masih turun 4,61% sejak awal tahun.
Analis Phintraco Sekuritas Rio Febrian mengatakan bahwa penurunan dari sektor keuangan dari awal tahun disebabkan kenaikan suku bunga acuan yakni pada Maret 2022. "Dan hingga November 2022, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 375 basis poin (bps) ke 4%," ujar dia kepada Kontan.co.id, Selasa (13/12).
Analis Henan Putihrai Jono Syafei menambahkan, penurunan indeks sektor keuangan juga dipengaruhi masuk dan keluar dana asing, terutama pada saham perbankan konvensional dengan market cap besar. "Mengingat saham perbankan memiliki bobot terbesar di IHSG," kata Jono.
Baca Juga: Indeks Keuangan Naik, Saham Bank The Big Four Masuk Radar Analis
Kedua analis berpandangan, prospek sektor ini masih positif. Rio memaparkan, prospek cerah ini menyusul pengumuman keputusan suku bunga The Fed pada pekan ini. Inflasi di AS bulan November turun ke 7,1% secara tahunan.
"Ini mengembalikan keyakinan bahwa The Fed akakn memperlambat kenaikan The Fed Rate menjadi 50 bps mulai Desember 2022," ujar Rio.
Menurut dia, perlambatan kenaikan Fed Fund Rate ini membangun keyakinan bahwa laju kenaikan inflasi AS cenderung melandai. Di sisi lain, perlambatan tersebut juga mengindikasikan BI juga akan mengambil keputusan yang sama The Fed untuk memperlambat kenaikan sukubunga acuan dalam negeri (BI7DRRR). Hal ini berpotensi mendorong penguatan saham-saham di sektor keuangan.
Sementara itu apabila laju inflasi AS tidak mengindikasikan perlambatan, hal tersebut berpotensi mendorong The Fed untuk mempertahankan kebijakan hawkish terhadap suku bunga acuan. Sehingga, BI juga akan tetap menaikkan suku bunga acuan cukup tinggi untuk menjaga nilai tukar Rupiah dan capital outflow dari Indonesia.
Baca Juga: Saham GOTO Kembali ARB Saat IHSG Terkoreksi, Ini 10 Saham Top Losers Siang Ini
Sektor keuangan sempat melemah 15,17% pada awal Mei 2022 hingga awal Juli 2022, sebagai respons dari kenaikan suku bunga acuan The Fed pada bulan yang sama. Selanjutnya, sektor ini mencatatkan penguatan sebesar 12,57% hingga pertengahan September 2022.
"Sehingga kondisi pelemahan dari sektor keuangan yang terjadi saat ini dapat menjadi momentum bagi investor masuk ke saham-saham sektor keuangan," kata Rio.
Jono pun sepakat, naiknya suku bunga Indonesia juga dapat menjadi katalis positif mengingat pendapatan bunga bersih bank dapat naik. Meskipun memang, di sisi lain berpotensi mengurangi pertumbuhan kredit.
"Namun jika dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir, suku bunga saat ini masih termasuk rendah," ujar Jono.
Prospek sektor keuangan juga didukung dari pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Utamanya pada bank yang melayani segmen UMKM.
Baca Juga: IHSG Melemah 0,39% ke 6.783 Pada Sesi I Hari Ini (14/12), Sektor Teknologi Melorot
Jono pun berpendapat, penurunan saat ini dapat menjadi momentum untuk melakukan akumulasi kembali. Terlebih fundamental perusahaan tetap baik.
Jono merekomendasikan BBRI dengan target Rp 5.150 per saham. Alasannya, potensi pertumbuhan segmen UMKM di Indonesia sebagai salah satu penopang pertumbuhan ekonomi. "BBRI mayoritas menyalurkan kredit ke segmen tersebut," imbuh dia.
Sementara Rio menjagokan empat bank besar, BBCA, BMRI, BBNI, dan BBRI karena saham-saham tersebut mencatatkan pertumbuhan laba di kuartal III 2022 yang solid. Adapun laba bersih BBRI tumbuh 103% secara tahunan, BBNI 77%, BMRI 59%, dan BBCA 25%.
"Walaupun BBCA mencatatkan pertumbuhan terkecil, tetapi secara rasio perbankan seperti CAR dan NPL, BBCA paling sehat dibandingkan ketiga bank lainnya," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News