kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Indeks saham sektor barang konsumsi turun, begini pendapat analis


Rabu, 18 September 2019 / 20:57 WIB
Indeks saham sektor barang konsumsi turun, begini pendapat analis
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun hingga saat ini alias secara year to date (ytd), indeks saham industri barang konsumsi (consumer goods) turun 12,68% per Rabu (18/9). Menurut Analis Paramitra Alfa Sekuritas Evan Fajrin, penurunan indeks sektor ini disebabkan oleh saham-saham emiten rokok yang turun cukup dalam akibat sentimen negatif berupa rencana kenaikan tarif cukai 23% pada 2020. 

Pasalnya, saham-saham emiten rokok seperti PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) menjadi pendukung utama indeks saham ini. Meskipun begitu, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilanus Nico Demus melihat, dampak negatif pada saham emiten-emiten rokok tersebut hanya bersifat sementara. 

Alasannya, basis pasar pengguna rokok di Indonesia menurut dia masih cukup kuat. "Melihat demografi negara kita saat ini, rokok akan selalu digemari. Meskipun harga rokok naik, harga tersebut masih murah jika dibandingkan dengan negara lain," ucap dia saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (18/9).

Baca Juga: Saham GGRM anjlok 20%, IHSG melorot 1,82% ke 6.219 di akhir perdagangan hari ini

Bahkan, menurut dia, saat ini adalah waktu yang tepat untuk mengoleksi saham-saham emiten rokok karena harganya yang sudah relatif murah. 

Kembali ke sektor barang konsumsi secara umum, Nico masih optimistis, saham-saham yang menjadi anggota sektor ini masih dapat menjadi pilihan investasi di tengah kondisi ekonomi yang tak menentu. 

Ia memilih saham PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dan PT Ace Hardware Tbk (ACES) dalam top picks-nya. 

Analis UOB Kay Hian Sekuritas Stevanus Juanda dalam risetnya tanggal 16 September 2019 juga mengatakan, saham-saham dalam sektor ini masih tergolong prospektif. Alasannya, komposisi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) tahun 2020 mendorong daya beli masyarakat. 

Oleh karena itu, ia memprediksi saham-saham di sektor ini akan overweight. Ia memilih saham MAPI, PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), dan PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) sebagai top picks-nya.

Untuk ERAA, EXCL, dan TLKM, pertumbuhan saham ini didorong oleh meningkatnya  penetrasi internet di Indonesia. Pada 2015, penetrasi internet naik 28% dan pada 2019 naik 56%. 

"Platform online juga berkembang secara luas di Indonesia yang dapat mengarah pada peningkatan konsumsi. Dengan ini, ERAA sebagai retailer ponsel akan memetik keuntungan akibat  kenaikan penjualan," kata dia. 

Permintaan trafik layanan data juga akan membawa keuntungan untuk operator telekomunikasi seperti TLKM dan EXCL. 

Baca Juga: Ekonomi lesu, produsen barang konsumer tetap ekspansif

Selain itu, untuk FAST, ia melihat jaringan gerai Kentucky Fried Chicken (KFC) yang terus berkembang sejalan dengan konsumsi masyarakat pada restoran dan hotel yang naik 11,9% CAGR dari 2010 ke 2018. 

Ia merekomendasikan buy MAPI dengan target harga Rp 1.170, hold ERAA dengan target harga Rp 1.925, buy TLKM Rp 4,160, buy EXCL Rp 3.450, dan buy FAST Rp 2.460.  

Sebaliknya, Evan belum melihat sentimen positif yang cukup kuat untuk mendorong sektor ini. "Terlebih lagi bila melihat survei konsumen Bank Indonesia, indeks keyakinan konsumen pada bulan Agustus 2019 adalah sebesar 123,1, turun dari bulan Juli 2019 yang sebesar 124,8," kata dia. 

Bagi dia, tren penurunan suku bunga ini tidak terlalu berdampak pada sektor barang konsumsi. Pasalnya, sektor yang paling terdampak oleh suku bunga ini adalah perbankan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×