Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Sementara itu, Analis BRI Danareksa Sekuritas Natalia Sutanto menilai, pandemi berdampak negatif pada kegiatan bisnis. Pada akhirnya konsumen lebih selektif dalam memprioritaskan pengeluaran mereka. Dus, perusahaan barang konsumsi saat ini menawarkan produk dengan harga terjangkau dan dalam kemasan berukuran lebih kecil.
Natalia meyakini, penjualan produk barang konsumsi yang bergerak cepat atau fast moving consumer goods (FMCG) masih akan tangguh tahun ini. BRI Danareksa Sekuritas meyakini perusahaan konsumen akan tetap berada di posisi yang tepat mengingat ketahanan dan rekam jejaknya yang sudah terbukti.
Di tengah pandemi, produk FMCG, telekomunikasi, dan makanan segar (fresh food) masih menjadi fokus konsumen. “Dengan pembeli yang lebih memilih untuk berbelanja lebih jarang, serta membeli lebih banyak (memborong) di setiap pembelian, ketersediaan produk sangat penting untuk mempertahankan penjualan,” tulis Natalia dalam riset, Jumat (8/1).
BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi overweight dengan saham ICBP menjadi pilihan utama (top picks) di sektor ini. ICBP dinilai atraktif mengingat ekspektasi pertumbuhan pendapatan hingga akhir 2021 yang kuat, yakni mencapai 18,8% secara tahunan. INDF juga atraktif karena valuasinya yang menarik dan mewakili perusahaan konsumer.
Baca Juga: Mendag jamin bahan pokok tersedia saat bulan puasa dan Idul Fitri
Untuk tahun 2021, BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan emiten sektor konsumen di bawah cakupannya, akan membukukan pertumbuhan topline yang lebih kuat yakni sebesar 11,8% yoy. Kinerja tersebut sebagian besar didorong oleh pertumbuhan yang kuat dari ICBP pasca konsolidasi dengan Pinehill.
Natalia merekomendasikan beli saham ICBP dengan target harga Rp 13.000 per saham dan beli saham INDF dengan target harga Rp 8.100 per saham. Natalia juga memberi rekomendasi lain untuk emiten di sektor ini, yakni hold saham UNVR dengan target harga Rp 8.275 per saham, buy saham PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dengan target harga Rp 3.100 per saham, dan jual (sell) saham PT Kino Indonesia Tbk (KINO) dengan target harga Rp 2.500 per saham.
Adapun ketersediaan vaksin tahun ini dengan pemulihan aktivitas ekonomi yang lebih cepat, menjadi indikasi adanya kepercayaan yang lebih besar di masa depan dan mendukung tumbuhnya permintaan produk barang konsumsi.
Baca Juga: Siap-siap berganti tahun, cermati rekomendasi saham untuk 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News