Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Pefindo i-Grade baru saja melakukan kocok ulang. Tercatat, ada dua emiten yang berganti untuk periode 1 Juli - 31 Desember 2024.
Melansir keterangan resmi di laman Pefindo, ada dua emiten baru yang masuk menjadi anggota indeks ini. Mereka adalah PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA). Kedua emiten itu menggantikan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) dan PT Timah Tbk (TINS).
“Kocok ulang didasarkan oleh data perdagangan saham dari perusahaan yang dinilai oleh Pefindo,” ujar Pefindo dalam keterangan resmi tertanggal 30 Juni 2024.
Pefindo menyatakan, dalam kondisi suku bunga bank sentral yang lebih tinggi di negara-negara maju saat ini, PEFINDO i-Grade Index telah mencapai kinerja yang kuat dibandingkan dengan indeks pasar saham lainnya, seperti IHSG, LQ45, SRI-KEHATI, dan IDX30.
Sejak rilis pada 28 Desember 2012, kinerja imbal hasil Pefindo i-Grade mencapai 126,51%, dibandingkan return IHSG sebesar 63,63%.
“Imbal hasil LQ45 sebesar 20,77%, IDX30 sebesar 18,99%, dan SRI-KEHATI sebesar 70,21% pada periode yang sama,” kata Pefindo.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham IDX Value30, Valuasi Murah yang Layak Koleksi
Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Division Henan Putihrai Asset Management, Reza Fahmi Riawan mengatakan, indeks Pefindo i-Grade adalah indeks harga saham yang terdiri dari emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang telah menerima peringkat Investment Grade dari Pefindo. Kriteria masuk ke indeks ini melibatkan peringkat Investment Grade oleh Pefindo, aspek hukum, kapitalisasi pasar, dan likuiditas.
“Saham yang menjadi penggerak dan pemberat indeks ini dapat berubah seiring waktu, tergantung pada perubahan kinerja dan peringkat emiten,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (10/7).
Dengan masuknya BRIS ke indeks, potensi kinerja indeks ini dapat membaik. Namun, perlu diperhatikan faktor-faktor ekonomi dan industri yang memengaruhi pergerakan saham.
”Saham-saham lain yang berpotensi menjadi penggerak dan pemberat indeks ini ke depannya akan tergantung pada kondisi pasar dan kinerja masing-masing emiten,” katanya.
Secara keseluruhan, terdapat beberapa sektor yang berpotensi masuk ke indeks Pefindo i-Grade, seperti sektor perbankan, sektor konsumsi non-siklikal, sektor infrastruktur, dan sektor telekomunikasi.
“Untuk sektor unggulan dan tertinggal, perlu diperhatikan data lebih lanjut mengenai sektor-sektor tertentu,” paparnya.
Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer melihat, secara umum syarat yang harus dipenuhi oleh emiten agar tetap menjadi konstituen ataupun bisa masuk dalam indeks ini adalah memiliki kapitalisasi pasar di atas Rp 10 triliun dalam sebulan terakhir.
Lalu, memiliki rasio turnover minimal 0,5% dalam 6 bulan terakhir, memiliki minimal 15% saham beredar di tangan publik, memiliki kinerja keuangan yang baik dan konsisten selama minimal 3 tahun terakhir, serta memiliki peringkat investasi (investment grade) dari Pefindo minimal idBBB untuk obligasi dan idA3 untuk sukuk.
“Adapun saham-saham yang memiliki porsi major di dalam indeks ini didominasi oleh saham-saham berkapitalisasi pasar yang besar, seperti BBRI, BBCA, BMRI, TLKM, TPIA, MDKA, dan BRPT,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (10/7)
Khaer melihat, pergerakan indeks Pefindo i-Grade sejak awal tahun tercatat masih volatil. Hal ini sejalan dengan pergerakan kinerja saham-saham berporsi mayor, seperti saham perbankan.
“Meski begitu, di semester II indeks ini punya peluang lebih bagus. Ini sejalan dengan kinerja saham yang masih mencatatkan pertumbuhan di periode sebelumnya,” tuturnya.
Sektor perbankan pun dinilai masih menjadi sektor unggulan yang menggerakan kinerja indeks Pefindo i-Grade hingga saat ini.
”Hal tersebut tercermin dari kinerja emiten sektor perbankan yang masih positif di kuartal I 2024 karena didukung pertumbuhan kredit baru dan pertumbuhan dana pihak ketiga,” paparnya.
Khaer pun merekomendasikan trading buy untuk BRIS dengan target harga Rp 2.640 per saham.
Baca Juga: Harga Saham Blue Chip Ini Mulai Bangkit Setelah Melemah Drastis, Apa Layak Beli?
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama melihat, kinerja indeks Pefindo i-Grade secara teknika sudah mulai terlihat bullish.
Katalis positif kinerja indeks ini adalah terkait tren disinflasi global serta penerapan expansionary monetary policy dari bank sentral global.
“Ini memicu kenaikan likuiditas di bursa saham yang akhirnya mempengaruhi kinerja indeks Pefindo i-Grade,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (10/7).
Selain itu, pemilihan anggota indeks Pefindo i-Grade menitikberatkan kepada pemilihan saham-saham yang memiliki kapitalisasi pasar yang besar. Lalu, para emiten memiliki tingkat likuiditas yang memadai, memiliki kinerja fundamental yang progresif, dan memiliki rating Pefindo di antara idAAA hingga idBBB.
“Kriteria tersebut pun juga bisa dijadikan acuan oleh para pelaku investor, baik global maupun juga domestik untuk memilih kriteria-kriteria saham yang bekerja baik,” tuturnya.
Alhasil, Nafan melihat kinerja indeks Pefindo i-Grade masih prospektif ke depannya. Namun, terkait kinerja per masing-masing emiten konstituen masih akan bergantung pada kinerja fundamental para emiten.
Kalau good corporate governance (GCG) emiten tersebut baik, pasti akan mengundang investor yang akan mengapresiasi kinerja fundamental dan juga kinerja harga saham mereka
Nafan pun merekomendasikan accumulative buy untuk SMRA, JSMR, BSDE, dan SMGR dengan target harga terdekat masing-masing di Rp 540 per saham, Rp 5.425 per saham, Rp 1.020 per saham, dan Rp 4.150 per saham.
Rekomendasi buy on weakness diberikan untuk TLKM dan ELSA dengan target harga terdekat masing-masing di Rp 3.140 per saham dan Rp 452 per saham.
Rekomendasi add diberikan untuk MYOR dengan target harga saham terdekat di Rp 2.590 per saham. Rekomendasi accumulate diberikan untuk MDKA dengan target harga terdekat Rp 2.510 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News