Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Obligasi korporasi terus menguat ke level tertinggi. Analis memproyeksikan kinerja pasar obligasi berpotensi tumbuh lebih tinggi hingga akhir tahun saat pelaku pasar sudah mengantisipasi (priced in) isu tapering off Amerika Serikat (AS).
Mengutip Bloomberg, Senin (23/8), kinerja obligasi korporasi yang tercermin dalam INDOBeX Corporate Total Return menyentuh level tertinggi di 355,56. Dalam sepekan indeks obligasi korporasi menguat 0,38%. Sementara, kinerja obligasi pemerintah yang tercermin dalam INDOBeX Government Total Return bergerak stabil di level 318,18 dan level harga tertinggi di dua pekan lalu belum kembali terjadi.
Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha mengatakan, jumlah kasus harian Covid-19 yang terus menurun sejak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 turut menyokong kinerja pasar obligasi. Sementara itu, relaksasi kegiatan di tengah PPKM level 4 juga berhasil menambah kepercayaan investor dan menggiatkan kembali kegiatan ekonomi secara perlahan.
Baca Juga: Bank perlu mewaspadai efek tapering off terhadap kepemilikan SBN, ini alasannya
Namun, kinerja obligasi korporasi lebih tinggi dari obligasi pemerintah karena likuiditas obligasi korporasi lebih rendah dari obligasi pemerintah. Likuiditas yang rendah artinya investor obligasi korporasi cenderung memegang obligasi korporasi hingga jatuh tempo sehingga volatilitas obligasi korporasi juga lebih rendah dari obligasi pemerintah.
Hingga akhir tahun, Yudha memproyeksikan kinerja pasar obligasi baik korporasi maupun pemerintah masih akan kembali tumbuh. Sentimen positif datang dari pelaku pasar yang mulai mengantisipasi tapering off AS.
Yudha memproyeksikan tapering off yang AS rencanakan terjadi di tahun ini tidak memberi dampak negatif yang besar bagi pasar obligasi, berbeda saat tapering off AS pada 2013. "Pelaku pasar obligasi mulai priced in ini bisa dilihat dari yield US Treasury yang juga tidak menguat secara liar seperti di awal tahun ini," kata Yudha.
Baca Juga: Reksadana pendapatan tetap jadi reksadana dengan kinerja paling baik sepekan terakhir
Jika ekonomi AS membaik di tahun ini, Yudha memproyeksikan tapering off AS tidak akan dilakukan secara agresif begitupun kenaikan suku bunga The Fed. Di sisi lain, Yudha menilai makroekonomi Indonesia saat ini mendukung pertumbuhan kinerja pasar obligasi.
Pertumbuhan kinerja pasar obligasi berpotensi kembali naik hingga akhir tahun. Yudha memproyeksikan yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun turun ke rentang 5,75%-6%.
Meski kinerja obligasi korporasi unggul, pelaku pasar juga harus tetap mewaspadai risiko gagal bayar di tengah pandemi yang belum mereda sepenuhnya. Yudha pun selektif dalam memilih obligasi korporasi yang berkualitas.
Yudha cenderung memilih obligasi korporasi dari sektor defensif seperti konsumsi, telekomunikasi dan perusahaan yang mendapat sokongan keuangan dari perusahaan grup besar. Sebaliknya, Yudha menghindari sektor bisnis yang terkena dampak buruk pandemi seperti, pariwisata dan penerbangan.
Baca Juga: Bursa global memanas akibat kekhawatiran tapering, apa yang harus dilakukan investor?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News