kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indeks obligasi bisa mencetak rekor lagi hingga akhir tahun


Rabu, 25 November 2020 / 21:10 WIB
Indeks obligasi bisa mencetak rekor lagi hingga akhir tahun
ILUSTRASI. Tren kenaikan Indonesia Composite Bond Index (ICBI) bisa berlanjut hingga tahun depan.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan Indonesia Composite Bond Index (ICBI) bisa berlanjut hingga tahun depan. Bahkan, peluang bagi indeks menuju level 310 di akhir tahun cukup terbuka. Asal tahu saja, ICBI kembali mencatatkan rekor baru pada perdagangan Rabu (25/11) ke level 308,37 atau naik 0,19% dari perdagangan sebelumnya. Secara year to date (ytd) indeks obligasi tersebut sudah naik 12,33% sekaligus jadi level tertinggi sepanjang sejarah.

"Akhir tahun ini, level 310 cukup terbuka, didukung kondisi makro dan rupiah yang perkasa, sehingga SBN masih akan menguat," kata Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto, Rabu (25/11).

Ramdhan mengungkapkan, kenaikan indeks obligasi ini didukung oleh banyaknya sentimen positif dari domestik dan eksternal. Meskipun begitu, harga obligasi yang naik bakal menekan yield atau imbal hasil obligasi ke depan.

Adapun sentimen domestik yang mendorong kenaikan ICBI seperti, keputusan Bank Indonesia (BI) teranyar yang kembali memangkas suku bunga acuannya ke level 3,75%. Ditambah lagi, kondisi likuiditas perbankan dan di pasar keuangan dinilai masih tinggi. "Suku bunga BI turun, otomatis obligasi jadi menarik. Likuiditas juga masih tinggi, terbukti meskipun asing sempat keluar hingga ratusan triliun, tapi recovery-nya cepat," ungkap Ramdhan. 

Baca Juga: Masa penawaran akan tutup hari ini, penjualan sukuk ST007 mencapai Rp 5,18 triliun

Di sisi lain, Undang-undang Cipta Kerja yang baru disahkan pemerintah turut memberi angin segar bagi para investor. Harapannya, UU tersebut mampu memudahkan investor dan mendorong perkembangan pasar keuangan domestik. 

Ditambah lagi, sentimen terkait uji coba dan temuan vaksin Covid-19 juga memicu perbaikan pada pasar keuangan. Dengan kehadiran vaksin, ekonomi diharapkan bisa pulih lebih cepat. 

Adapun sentimen dari eksternal seperti berakhirnya musim pemilu Amerika Serikat (AS) juga mendorong aliran asing masuk ke Indonesia. Sementara itu, dampak dari pandemi Covid-19 yang menekan perekonomian global turut mendorong bank sentral AS Federal Reserve untuk memangkas suku bunga acuannya. 

Suku bunga Fed Funds Rate berada di 0%-0,25% sejak Maret 2020. "Sentimen-sentimen tersebut berhasil membuat SBN menarik dengan likuiditas kita yang juga masih menarik. Asing nyaman dengan Indonesia, apalagi yield-nya tinggi," ungkap Ramdhan. 

Baca Juga: Tren Bunga Rendah Bisa Mendorong Dana ke Obligasi

Meskipun arus dana asing yang keluar dari Indonesia tahun ini lebih dari Rp 100 triliun, Ramdhan optimistis dana tersebut masih akan kembali. Memang belum semua dana tersebut kembali tapi sudah tampak adanya perbaikan dan minat asing menaruh dana di Indonesia. 

Ditambah lagi, imbal hasil obligasi yang ditawarkan jadi salah satu yang paling menarik dan tinggi di dunia. Menurut Ramdhan, hingga akhir tahun yield SUN untuk tenor 10 tahun bakal berada di kisaran 6% hingga 6,2%.

Sedangkan untuk tahun depan, Ramdhan memperkirakan yield SUN tenor 10 tahun bisa berada di rentang 5,8% hingga 6%. "Pergerakan yield cenderung akan terbatas karena kehati-hatian investor dan potensi profit taking. Sehingga domestik akan lebih berhati-hati masuk, tapi untuk asing obligasi kita masih sangat menarik," ujar dia. 

Baca Juga: ICBI kembali mencetak rekor tertinggi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×