kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indeks obligasi bakal menggeliat di awal tahun depan


Kamis, 24 Desember 2020 / 21:04 WIB
Indeks obligasi bakal menggeliat di awal tahun depan
ILUSTRASI. Indeks obligasi sempat melemah di pekan ini, namun prospek obligasi di awal tahun depan masih bakal positif.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks obligasi sempat melemah di pekan ini, namun prospek obligasi di awal tahun depan masih bakal positif.

Mengutip laman Penilaian Harga Efek Indonesia (PHEI), Indonesia Composite Bond Index (ICBI) sempat terkoreksi 0,37% ke level 313,45, setelah sebelumnya menyentuh rekor baru 314,60 pada Senin (21/12).

"Kami melihat, pelemahan indeks hanya sementara menjelang akhir tahun dimana volume transaksi menurun," kata Director & Chief Investment Officer Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Ezra Nazula kepada Kontan.co.id, Rabu (23/12).

Ezra memprediksikan, di awal tahun depan, pasar obligasi akan meningkat kembali. Hal ini didukung dengan sentimen era suku bunga rendah global dan domestik. Selain itu likuiditas perbankan yang tinggi dan kondisi makro yang stabil diharapkan akan mendorong inflow masuk ke pasar obligasi.

"Seiring dengan prospek positif ke depan, yield surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun akan bergerak di rentang di 5,5%-6% tahun depan," ungkapnya.

Baca Juga: Berikut SUN seri benchmark terbaru untuk tahun 2021

Ezra memandang di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi, aset obligasi menjadi salah satu pilihan bagi investor untuk mengurangi tingkat risiko portofolio.

Secara umum, kinerja pasar obligasi didukung oleh beberapa faktor, seperti tren penurunan suku bunga secara global termasuk di Indonesia. Kondisi tersebut menjadi iklim yang mendukung pasar obligasi, terutama bagi investor yang mencari yield lebih menarik di tengah tren penurunan suku bunga.

Faktor lainnya, terkait stimulus dari bank sentral yang meningkatkan likuiditas di sistem finansial. Tingginya likuiditas di sistem finansial meningkatkan permintaan untuk obligasi, karena perbankan yang kelebihan likuiditas dapat memarkir dananya di obligasi.

Di samping itu, Bank Indonesia (BI) dan pemerintah juga berhasil menjaga kredibilitas. Menurutnya, peranan otoritas dan regulator dalam menerapkan kebijakan yang tepat dan kredibel sangat penting untuk menjaga keyakinan pasar di tengah kondisi pasar yang volatile.

"Secara umum pemerintah dan BI berhasil melakukan hal tersebut, terlihat dari permintaan investor domestik yang kuat dan investor asing yang mulai kembali masuk ke pasar obligasi Indonesia," ujar Ezra.

Selanjutnya: Bahana TCW prediksi IHSG tahun depan bisa menembus level 6.800

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×