Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan penyesuaian kembali (rebalancing) indeks Kompas100 dengan mengganti 11 konstituen indeks ini. Susunan baru indeks Kompas100 untuk periode Agustus 2020-Januari 2021 bakal berlaku mulai 3 Agustus 2020.
Penghuni baru indeks ini berasal dari berbagai sektor, mulai dari perbankan, farmasi, pelayaran, pertambangan, agrikultur, hingga barang konsumsi. Secara alfabetis, saham-saham tersebut adalah PT Bank Bukopin Tbk (BBKP), PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), PT Bank BRIsyariah Tbk (BRIS), PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL), PT HK Metals Utama Tbk (HKMU), PT Indofarma Tbk (INAF), PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Kino Indonesia Tbk (KINO), PT Link Net Tbk (LINK), PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB), dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP).
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama menilai, saham-saham yang ditambahkan sebagai anggota baru indeks sejalan dengan momentum yang mendukung kinerja sektoral. Sebagai contoh, PSAB memperoleh sentimen positif dari harga emas dunia yang terus mencatatkan harga tertinggi baru dan SIMP yang kinerjanya berpotensi terkerek seiring dengan kenaikan harga jual crude palm oil (CPO).
Baca Juga: Ini daftar lengkap saham penghuni indeks Kompas100 periode Agustus 2020-Januari 2021
Begitu juga dengan KAEF, INAF, dan KINO yang kinerjanya dapat terdongkrak pada tahun ini seiring dengan perkembangan Covid-19. Mengingat, produk-produk kesehatan menjadi salah satu kebutuhan yang banyak dicari (high demand). Seperti diketahui, salah satu produk yang dihasilkan KINO adalah hand sanitizer yang sangat dibutuhkan pada masa pandemi ini.
"Selain itu, juga terdapat kabar positif mengenai perkembangan uji klinis vaksin Covid-19 dan potensi produksi vaksin Covid-19 di Indonesia. Hal ini juga turut memberikan sentimen positif ke sektor farmasi," kata Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan kepada Kontan.co.id, Senin (27/7).
Tak berhenti sampai di situ, sektor perbankan juga memperoleh efek positif dari stimulus-stimulus yang dapat meredam dampak negatif penurunan aktivitas ekonomi akibat wabah Covid-19. Menurut Valdy, kegiatan ekonomi yang mulai berjalan kembali dengan tetap memperhatikan pencegahan penularan Covid-19 juga berpotensi kembali menaikkan penyaluran kredit.
Baca Juga: Ini daftar lengkap emiten penghuni indeks LQ45 periode Agustus 2020-Januari 2021
Melihat kondisi-kondisi ini, Okie menilai bahwa saham-saham yang ditambahkan ini dapat menjadi pegangan investor dalam beberapa bulan ke depan. Menurut dia, valuasi BRIS, KINO, dan SIMP tergolong menarik. Oleh karena itu, ia merekomendasikan pelaku pasar untuk buy saham BRIS, KINO, dan SIMP dengan target harga Rp 530, per saham, Rp 3.850, dan Rp 390.
"Sementara itu, INAF, KAEF, dan PSAB secara momentum memang masih berpotensi naik karena saat ini trigger cukup mendukung pergerakan saham mereka," ucap Okie. Meskipun begitu, Okie mengimbau investor untuk menyesuaikan dengan profil risiko masing-masing jika ingin berinvestasi di INAF, KAEF, dan PSAB. Pasalnya, pergerakan ketiga saham ini ia nilai cukup fluktuatif.
Saham yang keluar dari Kompas100
Di sisi lain, BEI juga mendepak sebelas saham dari indeks KOMPAS100. Mereka adalah PT Sentul City Tbk (BKSL), PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), PT Bintang Oto Global Tbk (BOGA), PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA), PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Mahkota Group Tbk (MGRO), PT PP Properti Tbk (PPRO), PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB), PT Tridomain Performance Materials Tbk (TDPM), PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE), dan PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS).
Valdy mengingatkan, likuiditas dan kapitalisasi pasar merupakan sebagian kriteria untuk menentukan konstituen indeks ini. Oleh karena itu, menurut dia, saham-saham yang didepak tersebut kemungkinan mencatatkan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang kurang bagus belakangan ini.
Baca Juga: Tujuh saham keluar, berikut penghuni IDX SMC Liquid periode Agustus 2020-Januari 2021
Sementara itu, Okie berpendapat, beberapa saham yang tereliminasi memang memperlihatkan performa yang kurang baik, seperti TELE, TOPS, BKSL. "Sehingga apabila saham tersebut masih berada pada indeks dikhawatirkan akan berdampak pada kinerja indeks Kompas100," ungkap dia.
Sebagaimana diketahui, sektor properti saat ini masih tertekan, apalagi BKSL terpaksa membatasi operasionalnya, baik pada hotel, event organizer maupun taman budaya yang dikelola oleh anak usaha. Hal ini tentu dapat menurunkan ekspektasi investor terhadap laba bersih BKSL pada tahun ini ini yang mana segmen tersebut merupakan bagian dari recurring income perusahaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News