kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indeks keyakinan konsumen turun, Sido Muncul (SIDO) optimistis daya beli terjaga


Rabu, 11 Maret 2020 / 23:37 WIB
Indeks keyakinan konsumen turun, Sido Muncul (SIDO) optimistis daya beli terjaga
ILUSTRASI. Permintaan produk herbal Sido Muncul (SIDO) masih sesuai dengan ekspektasi.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bulan Februari menurun jadi 117,7 dari sebelumnya yang 121,7. Walaupun tidak sekuat bulan sebelumnya, optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap positif karena masih berada di level optimistis yaitu di atas 100.

Salah satu emiten perusahaan konsumsi PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) menjelaskan meski IKK karena penyebaran virus corona atau Covid-19, SIDO melihat optimisme pasar masih ada.

"Kami masih melihat daya beli masyarakat masih tetap ada, terlebih dalam beberapa bulan ke depan sudah memasuki bulan Ramadan," ungkap Leonard, Direktur Keuangan Sido Muncul kepada Kontan.co.id, Rabu (11/3). Konsumsi masyarakat diprediksi lebih tinggi di momentum itu.

Baca Juga: Harga bahan jamu di Solo naik, pasokan petani dan pengepul mulai langka

Leonard menambahkan, sejauh ini pihaknya masih mengamati dan menganalisa dampak dari Covid-19 terhadap kinerja perusahaan. Adapun sejauh ini, penyebaran Covid-19 belum berdampak terhadap operasional Sido Muncul.

"Pasokan bahan baku kami tidak ada masalah dan masih terjaga, karena memang bahan baku impor kami sangat sedikit sekali," kata dia. Sementara permintaan produk herbal SIDO masih sesuai dengan ekspektasi.

Baca Juga: Sido Muncul: Permintaan Tolak Angin meningkat gara-gara virus corona

Sekadar informasi, penjualan Sido Muncul tahun lalu menjadi Rp 3,07 triliun naik dari Rp 2,76 triliun di 2018. Adapun penjualan SIDO sebesar 67% berasal dari penjualan jamu herbal dan suplemen atau setara Rp 2,06 triliun. Selain itu, Rp 886,23 miliar berasal dari penjualan makanan dan minuman, dan Rp 117,24 miliar dari penjualan farmasi.

Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk terkerek 21,67% dari tahun lalu menjadi Rp 807,69 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×