Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak mixed dengan pergerakan tipis atau cenderung sideways di tengah bursa regional yang bergerak rebound. Rebound yang tengah terjadi di pasar Asia, didukung oleh spekulasi investor yang optimistis akan kinerja ekonomi Amerika Serikat (AS) pada kuartal empat mendatang sebagai dampak dari stimulus dari The Fed.
"Mengenai berhasil atau tidaknya Quantitative Easing tahap 3 (QE3) di kuartal empat ini, dapat kita perhatikan dari rilis data ekonomi mereka, terutama dari sektor ketenagakerjaan," ujar Fridian Warda, Analis Indosurya Asset Management kepada KONTAN, Jumat (21/9).
Oleh karena itu, walupun ditutup turun tipis, Fridian masih meyakini kekuatan IHSG untuk bisa menguat tipis di sesi kedua nanti. IHSG turun di sesi satu karena tak kuasa menahan aksi net sell oleh investor asing yang mencapai Rp 51 miliar di putaran pertama perdagangan saham, Jumat (21/9).
"IHSG berpeluang menguat meski terbatas," tegas Fridian. Dia menyebut, secara teknikal, jika IHSG tidak menembus level support nya di 4.205-4.210, maka pergerakan IHSG masih akan cenderung konsolidasi untuk melanjutkan penguatan. "Namun jika tertembus, IHSG akan menuju level support selanjutnya di 4.185," lanjutnya.
Fridian melihat support indeks masih akan bertahan di kisaran 4.205, sedangkan resistance di level 4.250. Beberapa saham juga terlihat sudah mengalami koreksi cukup dalam.
Menurutnya, terdapat sejumlah saham yang menarik untuk strategy Buy on Weak (BoW). Adapun saham-saham yang direkomendasikan Fridian di antaranya MAPI, AKRA dan SSIA. "Saham BBTN yang telah disetujui right issue di level harga 1.250-1.800 nya oleh DPR, juga dapat menjadi pilihan spekulatif beli (buy)," imbuh Fridian.
Sedangkan Analis Reliance Securities, Christine Natasya memprediksi indeks masih akan bergerak sideways pada sesi kedua nanti dengan support 4.180 dan resistance 4.270. Dia mencermati, investor Asia banyak mengambil posisi long seiring optimisme atas sentimen yang datang dari Federal Reserve dan Bank of Japan yang meluncurkan paket pelonggaran kebijakan moneter beberapa waktu lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News