Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. IDX BUMN20 mencatatkan kinerja yang ciamik sepanjang tahun ini. Sejak awal tahun hingga saat ini, indeks saham pelat merah ini melesat 11,66% atau lebih tinggi dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Analis Reliance Sekuritas Lukman Hakim memandang, kenaikan IDX BUMN20 didukung oleh kenaikan saham emiten perbankan, dimana emiten perbankan berhasil mencatatkan kinerja positif karena perbaikan penyaluran kredit seiring keadaan ekonomi yang lebih baik dari pandemi pada semester pertama tahun ini.
Selain itu, loan growth emiten perbankan yang tumbuh pada paruh pertama tahun ini juga mendorong kenaikan harga saham perbankan. Lukman menambahkan, indeks BUMN20 juga didukung oleh saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang terapresiasi.
Baca Juga: IDX BUMN20 Masih Berpotensi Melaju pada Kuartal Akhir 2022, Ini Saham Jagoan Analis
"Kenaikan indeks juga didorong oleh kenaikan harga komoditas yang menguntungkan emiten BUMN seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Timah Tbk (TINS)," ungkapnya, Rabu (12/10).
Lukman mengungkapkan, prospek indeks BUMN20 masih akan positif lantaran harga komoditas yang dipekirakan masih tinggi hingga akhir tahun, ini khususnya komoditas batubara.
Meski saham seperti PTBA, BBNI, BMRI, BBRI, PTBA, dan ELSA sudah mengalami kenaikan cukup signifikan, Lukman menilai saham-saham ini masih berpotensi kembali meningkat.
Ia bilang, harga komoditas batubara dan minyak yang masih tinggi akan berdampak positif bagi pendapatan PTBA dan ELSA.
"Harga saham masih berpotensi untuk naik didorong oleh ekspektasi dividen yield yang tinggi dari emiten perbankan dan komoditas akan dimanfaatkan oleh investor," tambahnya.
Sehingga, sambungnya, pada sisa akhir tahun ini saham-saham BUMN ini masih menarik yang juga didorong oleh sentimen window dressing.
Baca Juga: Inilah Saham BUMN dan BUMD yang Bisa Jadi Portofolio Investasi
Hanya saja, kenaikan suku bunga dapat berdampak negatif bagi emiten konstruksi, namun dengan adanya proyek IKN dapat menjadi sentimen posotif jangka panjang untuk emiten kontruksi.
Sentimen terkait kondisi makro terkait pelemahan ekonomi global juga menjadi sentimen untuk saham-saham BUMN, namun IMF tidak kembali merivisis GDP Indonesai tahun 2022 dan hanya merivisi GDP untuk tahun 2023 yang menjadi 5%.
Saat ini, Lukman menjagokan saham sektor perbankan dan komoditas. Ia menilai saham sektor tersebut masih menarik sehingga para pelaku pasar dapat mengamati saham-saham sepeprti BBRI, BMRI, dan PTBA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News