kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Imbal hasil turun, manajer investasi perlu ubah strategi reksadana pendapatan tetap


Minggu, 04 Maret 2018 / 18:09 WIB
Imbal hasil turun, manajer investasi perlu ubah strategi reksadana pendapatan tetap
ILUSTRASI. Ilustrasi Reksadana Pendapatan Tetap


Reporter: Dimas Andi | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang Februari, pasar obligasi Indonesia mengalami koreksi sehingga kinerja reksadana pendapatan tetap menurun. Perubahan strategi dari manajer investasi perlu dilakukan untuk mengantisipasi berlanjutnya koreksi pasar walau potensi risiko tetap ada.

Perlu diketahui, rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap yang tercatat di Infovesta Fixed Income Fund Index melemah 0,91% secara month on month pada bulan lalu. Secara year to date, kinerja reksadana tersebut juga minus 0,32%. Setali tiga uang, Indonesia Composite Bond Index terkoreksi 1,2% sepanjang Februari lalu. Dari awal tahun, indeks ini juga telah melemah 0,14%.

Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana mengatakan, obligasi korporasi dapat dijadikan alternatif aset portofolio bagi manajer investasi agar kinerja reksadana pendapatan tetapnya terjaga. Pasalnya, obligasi ini umumnya menawarkan kupon yang lebih tinggi ketimbang Surat Utang Negara (SUN).

Namun, manajer investasi dihadapkan pada risiko likuiditas yang rendah akibat minimnya transaksi di pasar obligasi korporasi. Selain itu, risiko gagal bayar oleh perusahaan penerbit obligasi korporasi juga perlu diperhatikan oleh manajer investasi. “Fund manager mesti mencermati rating dan kinerja perusahaan yang bersangkutan,” katanya, Jumat (2/3) lalu.

Selain mengandalkan obligasi korporasi, manajer investasi juga bisa beralih dengan membeli SUN bertenor pendek. Alasannya, potensi koreksi harga SUN bertenor pendek lebih rendah ketimbang SUN dengan tenor panjang.

Hanya saja, memiliki SUN bertenor pendek dengan jumlah besar kurang baik bagi manajer investasi. Sebab, ketika gejolak pasar obligasi usai, angin segar berpotensi kembali menghampiri SUN dengan tenor panjang yang biasanya menawarkan kupon tinggi.

Wawan menilai, volatilitas tinggi di pasar obligasi dalam negeri akan segera berakhir ketika momen kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat selesai. Ia pun memperkirakan rata-rata reksadana pendapatan tetap masih bisa memberikan imbal hasil sekitar 6%-7% hingga akhir tahun nanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×