Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi negara dinilai masih prospektif tahun depan, meski pemerintah menaikkan target penerbitan surat berharga negara (SBN).
Staf Riset Ekonomi, Industri dan Global Markets Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto memperkirakan, imbal hasil surat utang negara alias surat berharga negara (SBN) masih berpotensi menurun dari kondisi saat ini. Hal ini seiring prospek bunga kebijakan moneter global yang menurun dan suku bunga domestik yang rendah, sejalan dengan tren inflasi yang diperkriakan akan rendah.
“Kami melihat yield surat utang negara tenor 10 tahun dapat menuju ke level di bawah 6% pada tahun depan,” tutur Myrdal kepada Kontan.co.id, Rabu (23/8).
Baca Juga: Rencana Penerbitan Surat Berharga Negara Melonjak 83,6% di RAPBN 2024
Dia memperkirakan, penciptaan likuiditas pasar akan terjadi seiring pemulihan ekonomi yang terus berjalan. Apalagi jika investor asing kembali masuk dengan porsi yang berangsur menuju level sebelum pandemi Covid-19.
Selain itu, kondisi ekonomi Indonesia yaang didukung oleh aktivitas lokal juga akan semakin solid pasca pandemi selesai. Hal itu, kata Myrdal, SBN yang ditawarkan akan menjadi daya tarik tersendiri bagi investor global pada saat ini hingga ke depannya.
Adapun dalam Rancanga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 2024, pembiayaan utang yang bersumber dari Surat Berharga negara (SBN) neto direncanakan sebesar Rp 666,4 triliun.
Pembiayaan utang melalui penerbitan SBN tersebut meningkat 83,6% jika dibandingkan dengan outlook APBN tahun 2023 sebesar Rp 362,9 triliun.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Pidato RAPBN 2024 dan Nota Keuangan memproyeksikan rata-rata suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun diprediksi pada level 6,7%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News