Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang bulan Mei, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 3,83% meski sejak awal tahun IHSG masih naik tipis 0,24%. Dari 10 laggard IHSG sejak awal Mei hingga Jumat (10/5), lima di antaranya adalah saham perbankan.
Kelima saham ini adalah PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
Saham nonbank yang juga merupakan laggard terbesar bulan Mei adalah PT Astra International Tbk (ASII), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).
Harga saham BDMN turun 40,1% di bulan Mei. Pada periode yang sama, harga saham BBRI turun 5,7%, BBNI turun 10,4%, BBCA turun 2,4%, dan BMRI turun 3,2%.
Harga saham ASII bulan ini turun 5,9%, SMGR turun 17,4%, PTBA turun 22,2%, UNVR turun 2,9%, dan INTP turun 11,6%.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, kondisi ini terjadi antara lain karena ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga yang tidak terjadi di bulan Mei ini dan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah daripada ekspektasi di kuartal I 2019.
“Adapun penyebab penekan indeks paling besar dari sektor perbankan karena kapitalisasinya yang besar dan relatif likuid sehingga menjadi yang pertama dijual oleh asing ketika hendak keluar dari bursa,” kata Wawan kepada Kontan.co.id, Jumat (10/5).
Wawan menjelaskan, aksi jual asing ini gencar dilakukan karena kondisi geopolitik yang semakin memanas. Kendati demikian, prospek saham-saham tersebut khususnya perbankan masih menjadi unggulan di Indonesia.
Wawan menilai, potensi penetrasi produk perbankan di Indonesia masih relatif kecil sehingga ke depannya masih banyak peluang yang bisa dimasuki. Rasio net interest margin (NIM) perbankan Indonesia pun salah satu yang tertinggi di dunia.
“Sementara itu emiten lainnya seperti UNVR, ASII, dan PTBA fundamentalnya masih baik sehingga investor tidak perlu terlalu khawatir karena penurunannya,” imbuh Wawan.
Misalnya saja PTBA, walaupun harga batubara masih jauh lebih tinggi dibanding 3 tahun yang lalu namun penjualannya stabil. Dengan potensi kemenangan petahana, pembangunan infrastruktur akan berlanjut sehingga positif untuk emiten semen seperti INTP.
Wawan bilang secara historis memang bulan Mei-Agustus bursa cenderung turun dengan berbagai alasan, hingga ada pepatah sell in may and go away. Menurut dia, IHSG umumnya rally di akhir tahun mulai Oktober–Maret.
Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas juga menjelaskan penurunan 10 saham ini juga disebabkan oleh faktor teknikal. “Untuk saham perbankan sudah naik sejak pertengahan Maret, begitu juga dengan sektor lainnya yang sedang menunjukkan tren penurunan,” kata Sukarno.
Sukarno menjelaskan indeks perbankan sudah naik sekitar 8%-10% sehingga penurunannya wajar. Sehingga investor ambil untung terlebih dahulu.
Menilik dari faktor fundamentalnya, Sukarno menilai saham-saham tersebut masih oke. Untuk PTBA penurunannya sejalan dengan turunnya harga komoditas batubara. Pergerakan PTBA sekarang dalam trend bearish ketika sudah breakdown support.
Wawan menilai valuasi 10 saham ini masih relatif murah akibat aksi jual yang terjadi. Bagi investor jangka panjang ini merupakan kesempatan yang baik untuk mengoleksi saham murah. Seperti UNVR dan BBCA yang harganya cenderung premium dibanding saham sejenis.
Rekomendasi bagi investor dengan orientasi janga pendek di bawah 3 bulan memang lebih baik wait and see dahulu dan kalaupun beli dengan metode averaging.
Sedangkan Sukarno rekomendasikan BBNI, BBCA dan UNVR untuk dicermati. Sedangkan saham lain nunggu sinyal beli kembali atau bisa gunakan strategi buy on weakness jika teknikal dinilai sudah oversold.
Sukarno menyarankan beli BBNI target harga Rp 9.125, BBCA Rp 29.050 dan UNVR RP 45.500 sepanjang 2019
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News