Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung tertekan sepanjang pekan ini akibat tekanan sentimen global. Meski begitu, investor asing masih mencatatkan beli bersih sebesar Rp 1,30 triliun.
Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Yulianto Aji Sadono melaporkan pada perdagangan akhir pekan ini IHSG berada di level 7.086,64. Pergerakan ini sudah turun 1,34% dari 7.182,96 pada pekan yang lalu.
Kapitalisasi pasar bursa juga ikut menyusut. "Pergerakan kapitalisasi pasar Bursa selama sepekan turut mengalami perubahan sebesar 1,46% sebesar Rp 9.269,64 triliun dari Rp 9.406,90 triliun pada penutupan pekan sebelumnya," papar dia dalam keterangan resminya, Jumat (11/6).
BEI juga mencatatkan penurunan pada rata-rata nilai transaksi harian (RNTH). Selama sepekan terakhir RNTH Bursa turun 23,26% menjadi Rp 17,18 triliun dari Rp 22,39 triliun pada pekan sebelumnya.
Baca Juga: IHSG Terkoreksi 1,34% Dalam Sepekan, Begini Proyeksinya untuk Pekan Depan
Lalu, penurunan juga terjadi pada rata-rata frekuensi harian Bursa, yang menciut 0,05% menjadi 1.548.503 transaksi dari 1.549.235 transaksi pada penutupan pekan sebelumnya.
Di sisi lain, rata-rata volume transaksi Bursa ditutup pada teritori positif, yang naik tipis sebesar 0,03% atau berada pada posisi 27,72 miliar saham dari 27,71 miliar saham pada pekan yang lalu.
Dalam sepekan terakhir, investor asing melancarkan aksi beli bersih alias net buy sebesar Rp 21,73 triliun. Sementara nilai jual bersih atau net sell asing mencapai Rp 21,41 triliun.
Alhasil, dalam sepekan ini aliran dana masuk asing lebih besar dengan net buy Rp 1,30 triliun. Sepanjang tahun berjalan ini investor asing masih mencatatkan beli bersih sejumlah Rp 70,58 triliun.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menjelaskan sepekan terakhir ini pergerakan IHSG lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen global. Apa lagi pekan depan akan ada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC).
Baca Juga: Ditekan Dolar AS, Rupiah Melemah 0,83% Dalam Sepekan Terakhir
"Para investor masih cenderung wait and see jelang rilis data inflasi AS yang menurut konsensus masih berada di atas 8%, hal tersebut akan makin meningkatkan keyakinan The Fed untuk meningkatkan suku bunganya secara agresif," katanya.
Kemudian ada ekspektasi bahwa Bank Sentral Eropa juga akan mengerek tingkat bunganya di Juli sebesar 25 basis poin. Dia berpendapat inflasi yang tinggi akan menyebabkan perlambatan pemulihan ekonomi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News