Reporter: Muhammad Musa | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Setelah mengalami penguatan pada akhir perdagangan jelang Lebaran, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Selasa (16/4) diproyeksikan bakal menyesuaikan kondisi pasar selama sepekan terakhir.
Diketahui IHSG mengalami penguatan sebesar 0,45% atau naik 32,48 poin ke angka 7.286,88 pada penutupan perdagangan Jumat (5/4).
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menyampaikan sepanjang pekan terakhir sebelum libur panjang, IHSG terkoreksi sebesar 0,03% disertai volume pembelian atau outflow sebesar Rp 6,2 triliun pada seluruh pasar. Adapun IHSG mampu ditutup di atas Moving Average (MA) 60 pada Jumat (5/4).
Dirinya menjelaskan, pergerakan IHSG dibayangi beberapa sentimen. Di antaranya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang bergerak melemah. Kemudian, harga komoditas dunia yg cenderung menguat dimana hal ini berpengaruh pada emiten-emiten yang berkorelasi.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham yang Bisa Dilirik Usai Libur Idul Fitri
Menurutnya, pergerakan harga komoditas dunia tersebut akan dipengaruhi oleh rilis data Non-Farm Payroll (NFP) dan inflasi Amerika Serikat (AS) serta inflasi China.
IHSG diperkirakan akan mengalami penguatan terbatas pada uji support di angka 7.261 dan resistence sebesar 7.309 pada perdagangan perdana pasca lebaran, Selasa (16/4).
Sementara itu, Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan menyebut, IHSG bakal melemah di hari pertama pasca libur panjang Idul Fitri. Adapun uji support menurutnya akan berada di level 7.175 dan resistance di angka 7.300.
"Pasar diperkirakan melakukan penyesuaian terhadap perkembangan yang terjadi sepekan terakhir," Kata Valdy kepada Kontan, Senin (15/4).
Terdapat sejumlah sentimen yang akan mempengaruhi pasar. Menurut Valdy, sentimen utama yakni penguatan pada USD Index. Kondisi ini berpotensi memicu pelemahan signifikan nilai tukar rupiah di hari pertama perdagangan, Selasa (16/4).
Hal ini disebabkan adanya pergeseran ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan oleh the Fed dalam sepekan terakhir. CME FedWatch Tools mencatat peluang pemangkasan suku bunga acuan di The Federal Open Market Committee (FOMC) Juni 2024 tinggal tersisa 26,9% dari pekan sebelumnya di atas 60%.
Sentimen berikutnya dari Israel yang mengantisipasi potensi serangan langsung dari Iran. Hal ini dapat menjadi eskalasi terbesar sejak peningkatan intensitas konflik geopolitik Israel-Palestina pada Oktober 2023. Kondisi ini dinilai menjadi pemicu kenaikan harga komoditas energi, terutama minyak bumi dalam sepekan terakhir.
Eskalasi di atas berpotensi mendorong kenaikan harga minyak hingga ke atas level psikologi US$ 100per barel dalam waktu dekat.
Hal ini juga berimplikasi kepada indeks-indeks Wall Street yang tertekan oleh kekhawatiran penundaan pemangkasan suku bunga acuan oleh the Fed di 2024.
Baca Juga: Optimisme Emiten Ritel di Tahun 2024, Idul Fitri Jadi Sentimen Positif di Awal Tahun
Sementara itu, indeks-indeks di Eropa cenderung sideways. Kekhawatiran terhadap lonjakan inflasi dan penundaan pemangkasan suku bunga acuan diimbangi oleh kenaikan harga saham-saham komoditas di Eropa. Kenaikan harga minyak juga dinilai memicu kenaikan harga saham-saham perusahaan energi, terutama oil producers.
Sentimen terakhir berasal dari data ekonomi, dimana pelaku pasar menantikan data retail sales dan indeks harga properti di AS.
Menurut Valdy, saham-saham rate-sensitive, terutama bank, property & real estate dan termasuk otomotif sebaiknya diwaspadai di pekan ini. Sebaliknya, saham-saham yang lebih defensif, seperti consumer-related dan infrastruktur (telekomunikasi) dapat diperhatikan pada pekan ini.
Sedangkan Herditya mencermati saham-saham berikut, di antaranya, ASSA dengan target harga Rp 860 – Rp 900, DOID berkisar dia angka Rp 450 – Rp 460, dan INCO di harga Rp 4.220 – Rp 4350.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News