Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot hingga 1,83% pada penutupan perdagangan hari ini (20/6) ke level 5.884,04. Koreksi tersebut, sekaligus menyebabkan harga saham murah bertebaran di pasar bursa.
Untuk memanfaatkan momentum tersebut, investor perlu jeli dalam menimbang, saham-saham mana saja yang masuk kategori murah namun tidak murahan. Pilihan amannya, investor bisa pilih saham-saham blue chip.
Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki mengungkapkan, beberapa sektor seperti poultry, ritel, pertambangan dan consumer good memiliki prospek lebih baik di kuartal II-2018. Ini dilihat dari sisi fundamental emiten-emiten tersebut, seperti JPFA, RALS, ELSA, dan juga PTBA.
"Di kuartal II-2018 sektor properti juga harusnya bagus seperti CTRA, SMRA, dan BSDE. Harga UNVR juga sudah di level bottom Rp 44.500 dan mendekati level harga support seperti CPIN. Kalau kinerja keuangan kuartal II-2018 bagus, poultry dan properti punya peluang yang bagus," kata Achmad kepada Kontan.co.id, Rabu (20/6).
Sementara itu, saham sektor perkebunan dan pertanian, khususnya CPO dianggap masih memiliki prospek bagus. Salah satunya saham AALI dan LSIP yang sudah cukup berada di level bottom, sehingga potensi teknikal rebound akan cukup besar. Sedangkan untuk ASII sudah cukup murah di bawah Rp 7.000, jika menyentuh harga Rp 6.500-Rp 6.650 maka bisa masuk level awal. Secara teknikal juga akan bagus, selama harga minyak koreksi termasuk BRPT dan TPIA.
"Untuk saat ini, investor main amannya di blue chip dulu, karena memang valuasinya tidak ada masalah. Tapi untuk banking hindari dulu, kecuali kalau sudah terkoreksi hingga 3% baru boleh masuk," ungkapnya.
Untuk BBRI, investor bisa masuk ketika harga saham menyentuh Rp 2.850 dan BMRI di bawah Rp 6.900 sudah terbilang murah. Namun, Yaki menilai masih akan terjadi perang di pasar bursa hingga Jumat (22/6) sehingga langkah saving bisa jadi pilihan yang baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News