Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada awal Juni 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak variatif di rentang 7.000-7.200. IHSG kembali ditutup naik 0,63% ke posisi 7.141,05 pada Selasa (7/6) setelah merosot 1,20% ke 7.096,58 pada Senin (6/6).
Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan menilai, saat ini ada kecenderungan IHSG memasuki fase konsolidasi. Pasalnya, secara teknikal, ada indikasi jenuh beli pada Stochastic RSI.
"Pergerakan IHSG yang cenderung fluktuatif di rentang 7.000-7.200 dalam beberapa hari perdagangan terakhir memperkuat hal tersebut," kata Valdy saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (7/6).
Baca Juga: IHSG Menanjak ke 7.141 Meski Ada Net Sell Asing Rp 625 Miliar pada Selasa (7/6)
Menurut Valdy, pengetatan kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS) sebagai bagian dari upaya untuk menekan laju inflasi di AS masih akan tetap menjadi salah satu perhatian utama pelaku pasar di Indonesia. Pasalnya, kebijakan tersebut turut berpengaruh terhadap arus dana asing ke pasar modal Indonesia.
Valdy mencatat, sejak bank sentral AS mengumumkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 bps pada bulan lalu, ada kecenderungan capital outflow. Dari tanggal 9 Mei 2022-7 Juni 2022, akumulasi net sell investor asing mencapai Rp 3 triliun.
"Hal ini juga berpengaruh pada fluktuasi nilai tukar Rupiah, terutama ketika kecenderungan The Fed untuk tetap agresif semakin kuat," ucap Valdy.
Baca Juga: Rupiah Jisdor Melemah 0,01% ke Rp 14.464 Per Dolar AS Pada Perdagangan Selasa (7/6)
Faktor domestik lain yang perlu diperhatikan adalah data cadangan devisa per akhir Mei 2022 yang akan dirilis pada Rabu (8/6). Cadangan devisa diperkirakan naik di Mei 2022, seiring kenaikan nilai ekspor di Mei 2022 yang lebih besar dari perkiraan.
Valdy memprediksi, IHSG pada perdagangan Rabu (8/6) potensial terkoreksi ke kisaran 7.100-7.130 terutama jika gagal bertahan di atas 7.150. Support terdekat IHSG diperkirakan berada di level 7.100 dengan resistance di 7.200.
Di tengah konsolidasi IHSG tersebut, Valdy menilai saham-saham tambang atau komoditas masih dapat diperhatikan, seperti AALI, SIMP, INCO, MDKA, dan ADMR. Hal ini seiring dengan kecenderungan harga komoditas yang masih tinggi serta data ekonomi terbaru yang menunjukkan kondisi ekspansif di sektor manufaktur AS, Eropa, dan China.
Baca Juga: KLBF dan MIKA Menggelar Buyback, Keduanya Punya Prospek Menarik
Di sisi lain, investor perlu berhati-hati terhadap saham perbankan. Pasalnya, ada potensi fluktuasi terutama dalam satu sampai dua bulan ke depan.
Hal ini sejalan dengan perkiraan bahwa The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps di Juni dan Juli. Bank Indonesia juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan 25 bps di Juni 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News