kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IHSG Masih Akan Terkerek di Bulan Maret, Bisa Tembus 7.000


Kamis, 10 Maret 2022 / 17:46 WIB
IHSG Masih Akan Terkerek di Bulan Maret, Bisa Tembus 7.000
ILUSTRASI. IHSG diestimasikan akan tetap bergerak menguat dengan target berada di level 7.147.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyentuh all time high di bulan Februari 2022 lalu. Hingga akhirnya IHSG ditutup di level 6.888,171 pada Jumat (25/2) setelah sempat menyentuh level tertinggi di level 6.930 pada hari sebelumnya, Kamis (24/2). 

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Martha Christina mengungkapkan, IHSG memang masih akan menguat di bulan Maret 2022 ini. Di tengah memanasnya situasi geopolitik di kawasan Eropa Timur dan rencana kenaikan suku bunga The Fed, Mirae Asset Sekuritas memperkirakan IHSG bisa menembus level 7.000. 

"IHSG diestimasikan akan tetap bergerak menguat dengan target berada di level 7.147. IHSG akan menguji resistance di kisaran 7.000 dan support di 6.836," ungkapnya dalam Mirae Asset Day yang digelar virtual, Kamis (10/3). 

Baca Juga: Harga Timah dalam Tren Penguatan, Intip Rekomendasi Saham Timah (TINS)

Dia menambahkan, penguatan IHSG di bulan ini terdorong lonjakan harga komoditas sebagai  imbas sanksi yang diterima Rusia. Sebagai pengingat, invasi militer Rusia terhadap Ukraina telah memasuki pekan kedua sejak Rusia meluncurkan serangan pada 24 Februari lalu.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta menjelaskan, invasi Rusia ke Ukraina memicu lonjakan harga komoditas dunia secara signifikan. Mengingat, Rusia adalah produsen komoditas-komoditas utama seperti  minyak, gas alam, nikel, gandum, dan minyak biji bunga matahari.  

Dus, harga batubara, tembaga, dan paladium mampu mencapai level tertinggi sepanjang masa. Sementara minyak dan nikel menyentuh level tertinggi dalam lebih dari 10 tahun terakhir.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Emiten Sawit di Tengah Sentiment Kenaikan DMO CPO

Kondisi ini memicu kekhawatiran pelaku pasar terhadap terjadinya stagflasi yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi global. Bahkan, negara-negara perekonomian maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan zona Eropa, telah mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi sejak kuartal ketiga 2021 lalu.

“Tetapi Indonesia justru akan mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga batubara, nikel, dan CPO, mengingat terdapat potensi peningkatan capital inflow," ungkap Nafan dalam kesempatan yang sama. 

Di sisi lain, kebijakan pengetatan dari Federal Reserve (The Fed) yang tidak terlalu agresif mulai bulan ini tidak akan terlalu berdampak pada terjadinya capital outflow. Hal ini karena kinerja fundamental makroekonomi Indonesia yang cenderung solid. 

Baca Juga: Trafik Mulai Pulih, Simak Rekomendasi Saham Jasa Marga (JSMR) dari Analis Berikut




TERBARU

[X]
×