Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2023 resmi ditutup kemarin, Jumat (29/12). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada perdagangan terakhir di tahun 2023.
IHSG turun 0,43% atau 31,09 poin ke 7.272,8 hingga akhir perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari Jumat (29/12). Namun, sejak awal tahun, IHSG tercatat menguat 6,16%.
Meski IHSG hanya naik single digit, puluhan saham menguat hingga ratusan persen. Bahkan 10 top gainers IHSG sejak awal tahun menguat lebih dari 200%.
10 Saham top gainers bursa sepanjang 2023 adalah:
- PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) 6.002,27%
- PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) 859%
- PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) 415,79%
- PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk (AIMS) 317,48%
- PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) 286,43%
- PT Estika Tata Tiara Tbk (BEEF) 275,76%
- PT Ulima Nitra Tbk (UNIC) 273,59%
- PT Sumber Global Energy Tbk (SGER) 245,24%
- PT Hatten Bali Tbk (WINE) 226,66%
- PT Era Digital media Tbk (AWAN) 208%
Baca Juga: Jumlah Perusahaan IPO Tumbuh Subur di BEI
10 Saham top losers bursa di tahun 2023 adalah:
- PT Indosterling Technomedia Tbk (TECH) -98,75%
- PT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk (MKNT) -96%
- PT Berkah Beton Sadaya Tbk (BEBS) -93,24%
- PT Himalayan Energi Perkasa Tbk (HADE) -92%
- PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) -90%
- PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk (KRYA) -88,61%
- PT Modern Internasional Tbk (MDRN) -88%
- PT Leyand International Tbk (LAPD) -88%
- PT Meta Epsi Tbk (MTPS) -87,50%
- PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS) -86,35%
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan, kenaikan kinerja saham tersebut karena adanya kinerja perusahaan yang membaik. Hal itu terjadi pada harga saham GJTL dan UNIQ. Lalu, ada juga karena aksi korporasi seperti PANI yang melakukan rights issue di tahun ini.
“Sisanya, karena volatilitas pergerakan harga saham saja,” kata dia kepada Kontan.co.id, Jumat (29/12).
Azis melihat, kinerja saham emiten-emiten tersebut di tahun 2024 bisa saja berubah, tergantung dari bagaimana kinerja keuangan masing-masing emiten. Ini membuat Azis masih menyarankan investor untuk wait and see terlebih dahulu jika ingin masuk ke salah satu saham top gainers IDX di tahun 2023.
“Namun, untuk tahun 2024, sektor properti masih menarik untuk dicermati,” ungkap dia.
Baca Juga: Pergerakan Investor Domestik Mendorong IHSG
Jika dibandingkan dengan bursa luar, menurut hitungan Azis, kinerja CUAN malah justru lebih tinggi jika dibandingkan dengan saham-saham jawara di bursa luar negeri.
Sebagai contoh, di Dow Jones Industry, saham Salesforce Inc yang jadi jawara di tahun 2023 tercatat mengalami kenaikan 100,3% secara YtD. Sementara, kenaikan harga saham CUAN mencapai 6.000%.
“Secara sektoral, pergerakan saham di bursa domestik tidak bisa dibandingkan dengan bursa di luar, karena pasti akan berbeda,” paparnya.
Sebagai perbandingan, di bursa Nikkei Jepang, Kobe Steel LTD jadi jawara tahun 2023, dengan kinerja yang naik 184,19%. Di bursa Sensex India, Tata Motors LTD jadi jawara tahun 2023 dengan kenaikan kinerja 101,1% YtD.
Di saham KOSPI Korea Selatan TCC Steel jadi jawara tahun 2023 dengan kinerja yang naik 528,88% YtD.
“Sementara, sektor yang leading di IDX pada tahun 2023 adalah IDX Sector Infrastructure, di mana BREN menjadi top gainers di sektor ini. Menyusul di belakangnya ada sektor basic material dan financial,” paparnya.
Baca Juga: IHSG Bisa Tembus 7.900, Ini 10 Rekomendasi Saham Pilihan RHB Sekuritas pada 2024
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy bilang, saham-saham jawara di bursa Indonesia adalah saham-saham yang memiliki real free float yang tercatat kecil.
“Mereka ada liquidity provider yang masih kuat hingga saat ini,” ujar dia kepada Kontan.co.id, Jumat (29/12).
Hal itu membuat Budi melihat, penguatan saham-saham tersebut belum bisa merepresentasikan kinerja IHSG, apalagi jika ingin dibandingkan dengan kinerja bursa negara lain.
Saham-saham jawara di Bursa juga belum bisa merepresentasikan penguatan ekonomi di sektor tertentu. Ini karena penguatan saham-saham tersebut lebih karena created market, bukan pure market. Sisi positifnya, kinerja IHSG jadi sangat tertolong dengan adanya saham-saham di atas,
“Kinerja IHSG di Asia Tenggara juga berada di nomor dua, persis di bawah bursa Vietnam,” ungkap dia.
Baca Juga: IHSG Turun 0,43% ke 7.272 di Perdagangan Terakhir 2023, Jumat (29/12)
Budi melihat, kinerja top gainers di tahun 2023 ini juga tak bisa jadi patokan apakah bisa berlanjut positif di tahun 2024. “Top gainers setiap tahunnya tidak akan sama. Susah untuk menebak juga kinerja para emiten selama setahun di muka (awal tahun),” tutur dia.
Terkait kinerja sektoral jawara tahun 2023, Budi melihat ada perbedaan dari jawara di bursa domestik dengan bursa luar negeri.
Sebagai contoh, sector leading di Nikkei dan KOSPI adalah manufaktur. Menurut Budi, hal itu karena kedua negara tersebut adalah negara industrial. Sementara, di Indonesia justru tengah terjadi deindustrialisasi.
Kata Budi, hanya sebagian saja emiten dari sektor manufaktur di Indonesia yang akan berjaya. Sementara, emiten yang lain masih jalan di tempat.
“Diharapkan, program hilirisasi di dalam negeri bisa cepat terjadi dan sukses untuk mendukung emiten di sektor manufaktur,” katanya.
Untuk tahun 2024, Azis memproyeksikan IHSG akan bergerak ke level 7.835 untuk skenario bullish. Untuk skenario bearish, IHSG akan bergerak ke level 6.896 di tahun depan.
Sementara, Budi memproyeksikan, kinerja IHSG bisa naik 10% ke level 8.000 di akhir tahun 2024. “Kinerja sektor perbankan, infrastruktur, telekomunikasi, barang konsumsi, dan properti punya peluang bagus di tahun 2024,” papar Budi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News