kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

IHSG diprediksi menguat di penutupan perdagangan akhir tahun ini


Kamis, 27 Desember 2018 / 19:59 WIB
IHSG diprediksi menguat di penutupan perdagangan akhir tahun ini
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Willem Kurniawan | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang akhir perdagangan tahun 2018, Kamis (27/12), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 62,79 poin atau 1,02% ke level 6.190.

Mino, analis Indo Premier Sekuritas mengatakan, sentimen utama penguatan IHSG berasal dari eksternal. Salah satunya penguatan indeks bursa Wall Street yang dipicu penjualan ritel di musim liburan Natal. Kenaikan harga minyak mentah dunia juga ikut mengangkat IHSG.

"Kemudian dari dalam negeri yang turut memberikan katalis positif untuk indeks adalah aksi window dressing menjelang tutup tahun," ujar dia, Kamis (27/12).

Di akhir perdagangan tahun ini, Jumat (28/12), IHSG diprediksi masih akan melanjutkan penguatan dengan level support 6.160 dan resisten 6.220.

Mino menyebutkan, pergerakan IHSG sepanjang tahun 2018 cukup fluktuatif. Di awal tahun, IHSG sempat menguat hingga pertengahan Februari 2018, ditopang sektor pertambangan seiring naiknya harga komoditas batubara. Namun mencuatnya isu perang dagang dan kenaikan bunga The Fed mempengaruhi laju pergerakan IHSG.

Dari dalam negeri, sentimen negatif yang turut menekan IHSG antara lain wacana penurunan harga gas, penerapan kebijakan domestic market obligation (DMO) yang mewajibkan perusahaan tambang menjual batubara dengan harga US$ 70 per ton meskipun harga international mencapai US$100an per ton.

Sentimen lain yang menekan IHSG adalah tingkat konsumsi yang pertumbuhannya cenderung flat, pelemahan nilai tukar rupiah seiring dengan pelebaran defisit neraca transaksi berjalan dan rencana penerapan pembobotan baru terhadap indeks LQ45 dan IDX30. "Sentimen negatif di atas membuat IHSG tertekan hingga bulan Oktober 2018," kata Mido.

Untungnya, di bulan November dan Desember 2018, IHSG mulai bergerak naik didorong beberapa sentimen positif. Misal kebijakan Bank Indonesia (BI) dalam mengantisipasi kenaikan bunga The Fed dengan mengerek suku bunga acuan BI. BI juga merilis instrumen transaksi domestic non-deliverable forward (DNDF) untuk mengerem pelemahan rupiah. Sentimen positif lain adalah program pemerintah untuk penggunaan biodiesel 20% (B20) dan penerimaan negara yang melampaui target.

Mido menambahkan, di tahun depan sentimen yang masih cukup mempengaruhi pergerakan IHSG adalah kelanjutan perang dagang walaupun ada peluang juga bagi Amerika Serikat (AS) dan China mencapai kesepakatan.

"Untuk bunga The Fed menurut prediksi sudah tidak terlalu berpengaruh mengingat jumlah kenaikannya semakin sedikit, yakni paling dua kali bahkan ada peluang tidak ada kenaikan," kata Mido.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×