Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dinilai masih memiliki tenaga untuk menguat hingga akhir tahun ini. Helmy Kristanto, Equity Research Division Head BRI Danareksa Sekuritas menargetkan IHSG berada di level 7.750 di 2022
Proyeksi ini tidak terlepas dari revisi perkiraan pertumbuhan laba bersih IHSG menjadi 17% pada tahun 2022. Angka ini bahkan di atas skenario terbaik yang dipasang BRI Danareksa Sekuritas sebelumnya, yakni sebesar 16%.
Harga komoditas yang lebih tinggi mendorong naiknya asumsi harga batubara pada 2022 menjadi US$ 200 per ton dari sebelumnya US$ 160 per ton. BRI Danareksa Sekuritas juga menaikkan asumsi harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) menjadi MYR 5.000 per ton dari MYR 3.800 per ton, dan harga nikel menjadi US$ 24.000 per ton dari US$ 21.000 per ton.
Namun, harga komoditas yang lebih tinggi akan berdampak negatif pada sektor barang konsumsi dan unggas (poultry) mengingat biaya input yang cukup besar.
Baca Juga: Jelang Pertemuan The Fed, Pasar Modal Indonesia Diproyeksi Tak Terpengaruh Besar
Namun, untuk sektor barang konsumsi, Helmy menilai kemungkinan besar emiten melakukan pricing power dan menaikkan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) untuk meningkatkan margin.
Hanya saja, prospek marjin emiten sektor unggas tetap melemah. Helmy memangkas proyeksi laba bersih di sektor ini sebesar 14,7%.
Skenario terbaik bisa terjadi dengan asumsi adanya transisi dari pandemi ke tahap endemi pada tahun ini, dengan pertumbuhan ekonomi mendekati skenario terbaik yang dipasang BRI Danareksa Sekuritas, yakni 5,0%.
Adanya inflasi yang terkendali dan kelanjutan aktivitas bisnis yang normal, akan menghasilkan pertumbuhan laba bersih (earnings) secara keseluruhan mencapai 20%. “Dengan asumsi tersebut, IHSG bisa menembus level 7.900,” tulis Helmy dalam riset, Selasa (26/4).
Helmy menilai, pasca perayaan Lebaran, pasar akan berfokus pada perkembangan sisi makro dan megalibrasi ulang kebijakan moneter. Dia memperkirakan, tren inflasi akan meningkat, namun akan tetap berada dalam ekspektasi.
Baca Juga: Larangan Ekspor Berpotensi Menekan Saham Emiten CPO
Sikap The Federal Open Market Committee (FOMC) yang lebih agresif terhadap kenaikan suku bunga dan pengetatan kuantitatif atau quantitative tightening (QT) dapat menyebabkan peningkatan volatilitas pasar. Namun, dia meyakini sentimen ini sebagian besar sudah diekspektasikan.
Helmy menilai pertumbuhan pasar ekuitas Indonesia akan tetap menarik, terutama didorong oleh posisinya yang kuat karena berada dalam fase pertumbuhan, adanya penyangga fiskal dari kenaikan harga komoditas untuk meredakan tekanan inflasi, dan pembukaan kembali ekonomi yang akan mengarah pada perbaikan dalam permintaan agregat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News