kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

IDX SMC Liquid minim koreksi, simak prospek saham penghuninya


Selasa, 08 Desember 2020 / 19:49 WIB
IDX SMC Liquid minim koreksi, simak prospek saham penghuninya
ILUSTRASI. Karyawan mengamati layar monitor perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Jumat (16/10).


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks IDX SMC Liquid menjadi salah satu indeks di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang paling minim mengalami koreksi. Indeks yang mengukur kinerja harga dari saham-saham dengan likuiditas tinggi yang memiliki kapitalisasi pasar kecil dan menengah ini telah tumbuh 0,07% sejak awal tahun.

Bahkan, indeks ini menjadi indeks konstituen pertama yang terbebas dari rapor merah. Selain berkinerja baik, emiten  penghuni indeks ini juga punya prospek yang cerah, sebut saja emiten yang bergerak di sektor perbankan.

Tercatat, ada empat saham emiten perbankan lapis kedua yang menghuni indeks ini, seperti PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten Tbk (BJBR), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), dan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk (BTPS).

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama menilai, sejauh ini komitmen dari Bank Indonesia dirasa cukup kuat untuk dapat menopang kinerja keuangan dari perbankan. Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI kemarin, bank sentral memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps), dari 4% menjadi 3,75%.

Harapannya, dengan suku bunga rendah dan juga pelonggaran likuiditas, maka dapat mendorong pertumbuhan kredit. “Selama valuasi dari saham tersebut masih berada dalam rasio yang wajar dan investor dapat menoleransi value dari perusahaan tersebut,” terang Okie kepada Kontan.co.id, Selasa (8/12).

Baca Juga: IDX SMC Liquid jadi indeks yang minim koreksi, ini sebabnya

Okie menilai, secara valuasi yakni price to book value (PBV), saham BJBR, BBTN dan BDMN relatif lebih rendah dibandingkan BTPS. Namun, saat ini Pilarmas Investindo Sekuritas masih belum merekomendasikan saham lapis kedua ini dan masih condong ke saham perbankan big 4. “Namun secara valuasi memang masih relatif murah,” sambungnya.

Sektor lainnya yang berhubungan dengan suku bunga, yakni properti juga punya prospek yang baik. Tercatat, sejumlah emiten properti menjadi konstituen indeks ini, mulai dari PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT. Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON),  dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).

Okie mengatakan, suku bunga yang rendah diharapkan dapat berdampak pada emiten properti. Sebab, pulihnya sektor properti menjadi gambaran terhadap membaiknya daya beli masyarakat.

Terlebih jika, UU Cipta Kerja ini dapat berjalan optimal, pembelian terhadap lahan di kawasan industri maupun sewa kantor diharapkan dapat menopang pertumbuhan dari kinerja keuangan emiten.

Selain properti, mayoritas penghuni indeks IDX SMC Liquid juga berisikan saham-saham konstruksi. Tercatat, terdapat delapan emiten yang bergerak di bidang konstruksi, diantaranya seperti PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT PP Tbk (PTPP), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), hingga PT Waskita Karya Tbk (WSKT).

Baca Juga: Bursa Saham Bullish di Tahun Depan, IHSG Bisa Tembus di Atas 6.300

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai, prospek emiten konstruksi tahun depan akan lebih cerah seiring rencana Pemerintah yang akan menaikkan anggaran infrastruktur.

Untuk diketahui, Kementerian Keuangan menaikkan anggaran untuk pembangunan infrastruktur di tahun depan menjadi Rp 413,8 triliun atau naik 47,2% dari anggaran tahun ini yang hanya Rp 281,1 triliun. “Emiten konstruksi sudah bangkit dan sekarang tinggal melanjutkan tren penguatannya lagi,” terang Sukarno.

Sukarno menilai, untuk saat ini investor sudah bisa masuk ke saham-saham konstruksi dengan strategi buy on weakness (BOW) karena saham-saham ini sudah naik signifikan. Dengan estimasi akan ada kenaikan kinerja di tahun depan, maka saat ini investor sudah bisa masuk ke saham-saham ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×