Reporter: Kenia Intan | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki kuartal IV 2020, saham-saham BUMN masih mencatatkan kinerja yang kurang memuaskan. Ini tercermin dari indeks BUMN20 atau IDX BUMN20 yang tertekan paling dalam dibandingkan indeks saham lainnya.
Mengutip data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (5/10), IDX BUMN20 tertekan hingga 29,57% sejak awal tahun atau year to date (ytd). Sebagai pembanding, IHSG terkikis 21,28% ytd.
Asal tahu saja, IDX BUMN20 adalah indeks yang mengukur kinerja harga dari 20 saham perusahaan tercatat yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan afiliasinya.
Melihat kondisi ini, Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan menjelaskan, sebagian besar konstituen IDX BUMN20 merupakan saham-saham plat merah di sektor perbankan dan sektor infrastruktur.
Baca Juga: RUU Pengawasan Obat Dibahas, Pengusaha Berharap Sanksi Pembinaan Ketimbang Pidana
Padahal jika dilihat sejak awal tahun, saham-saham tersebut mencatatkan pelemahan. Sehingga tidak mengherankan jika IDX BUMN20 mengalami tekanan yang paling dalam sejauh ini.
Adapun saham-saham perbankan plat merah yang menjadi konstituen seperti BBNI, BBRI, BMRI, BBTN, dan BJBR. Untuk saham infrastruktur ada PGAS, JSMR, dan TLKM.
Alfred juga mengamati, sejauh ini pelaku pasar cenderung lebih mengapresiasi saham-saham non-BUMN. Hal ini tercermin dari saham sektor perbankan.
Misalnya, koreksi harga saham yang dialami perusahaan swasta BBCA lebih mini dibanding saham-saham bank BUMN. Asal tahu saja, hingga penutupan perdagangan hari ini, BBCA terkikis 17,43% ytd. Sementara saham-saham bank plat merah melorot antara 28% hingga 41,51%.
Menurutnya, selain menghadapi kondisi pasar yang tidak pasti, saham-saham BUMN khususnya sektor perbankan menanggung tugas tambahan yang dinilai menjadi beban seperti penyaluran bantuan kredit maupun restrukturisasi.
Baca Juga: Selusin emiten siap mengguyur dividen! Cek cum dividen sepekan ke depan
Tidak jauh berbeda, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menganggap wajar IDX BUMN20 mengalami penurunan yang dalam. Sebab, saham-saham berkapitalisasi pasar besar seperti BBRI, TLKM, dan BMRI berkontribusi hingga 30% terhadap pergerakan IDX BUMN20.
Padahal sejak awal tahun, ketiganya mengalami tekanan harga yang cukup dalam. BBRI menurun 28,18% ytd, TLKM terkikis 33,25% ytd, dan BMRI melemah 30,29% ytd.
Di sisi lain Wawan mengamati, konstituen indeks tersebut tidak terdiversifikasi. Sehingga wajar apabila IDX BUMN20 memiliki risiko penurunan yang lebih besar dibanding indeks lain. Apalagi, IDX BUMN20 tidak memiliki saham-saham sektor barang konsumen yang cenderung defensif dan bisa menjadi penopang di tengah kondisi pasar yang tidak pasti.
Sebenarnya, lanjut Wawan, ada KAEF sebagai saham sektor bahan konsumen. Akan tetapi, kapitalisasi pasar emiten farmasi itu terlalu mini sehingga kenaikan harga yang dialaminya tidak akan berpengaruh signifikan terhadap pergerakan indeks.
Saham perbankan dan telekomunikasi masih prospektif