Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - Emiten konsumer perlu mengatur strategi di tengah pelambatan ekonomi. Sebab, industri fast moving consumer goods (FMCG) hanya tumbuh tipis 3,7% pada semester I-2017.
Upaya keras pun perlu dilakukan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Pada momentum lebaran lalu, kinerja emiten ini sempat tertahan. Meski demikian, analis melihat kinerja ICBP ke depan masih dapat meningkat.
Analis Kresna Sekuritas Stella Amelinda menilai, bila pertumbuhan ekonomi Indonesia naik 5,4% pada 2018, maka sektor konsumer bakal terkerek seiring perbaikan belanja konsumen. "Untuk tahun ini ICBP masih akan tumbuh penjualannya, tapi mungkin lebih lemah dibandingkan tahun lalu," kata dia kepada KONTAN, Selasa (26/9).
Pada semester I-2017, pendapatan ICBP tumbuh 1,54% year-on-year (yoy) menjadi Rp 18,46 triliun. Adapun laba bersihnya naik 5,56% (yoy) menjadi Rp 2,09 triliun. Penurunan daya beli dan ketatnya kompetisi mulai membatasi kinerja keuangan emiten ini.
Terlihat, pendapatan dari produk mi turun 0,2% menjadi Rp 11,84 triliun. Sementara penjualan divisi susu naik 2,1% dan penjualan makanan ringan naik 13%. Unit bisnis mi berkontribusi 63% dari total pendapatan, susu sebesar 2,1% dan makanan ringan setara 7,7%.
Stella menilai, produk mi ICBP masih populer karena harga jual dan cita rasanya terbukti lebih sukai konsumen, meski persaingan dengan mi impor mulai terlihat.
Untuk produk susu, marginnya memang tergerus karena harga skimmed milk dan gula terus meningkat. "Dairy masih akan tumbuh karena saya lihat permintaan liquid milk dan susu kental manis masih kuat, sehingga mendukung bisnis dairy ICBP," jelas Stella.
Di sisi lain, pengeluaran iklan ICBP cukup besar, yakni menghabiskan 4,9% dari pendapatan di semester I-2017. Meningkatnya aktivitas promosi tentu demi mendorong penjualan. Apalagi ICBP memiliki lebih dari 60 produk, maka pengeluaran untuk iklan cenderung tinggi.
Pasar domestik
Analis NH Korindo Sekuritas Joni Wintarja berpendapat, produk ICBP memang kuat pada distribusi lokal. Pesaingnya di produk mi, Wings Food, juga memiliki jaringan distribusi yang kuat. Untuk dapat bertahan, ICBP harus memperkuat pasar domestik.
ICBP memang memiliki pasar ekspor cukup besar. Namun pasar domestik tetap mendominasi penjualan, yakni mencapai Rp 17,05 triliun, atau tumbuh 1,73% dibandingkan periode sama tahun lalu.
Di luar negeri, produk ICBP laris di Arab Saudi dengan nilai penjualan Rp 393,10 miliar, turun 19,11% yoy. Adapun pasar Nigeria menyumbang Rp 187,36 miliar, naik 12,28%. "Produk ICBP populer di Nigeria karena mi menjadi salah satu makanan pokok mereka," jelas Joni.
Mengenai perlambatan di sektor FCMG, menurut Joni, secara umum bisa jadi disebabkan kenaikan gaji yang lebih rendah daripada inflasi.
Namun demikian, analis Trimegah Sekuritas Christy Halim berpendapat, ICBP sebagai pemain dominan dengan lebih dari 70% pangsa pasar akan mampu bersaing dengan harga lebih menarik. "ICBP telah meningkatkan harga mi minimum 5% dalam empat tahun terakhir," tulis Christy dalam rilis 22 Agustus lalu.
Hingga akhir tahun ini, dia memprediksi nilai penjualan mi instan ICBP bakal naik 8% dengan pertumbuhan volume sebesar 1%. Sementara rata-rata harga jualnya tumbuh 7%. Christy memperkirakan pada akhir tahun ini harga jual rata-rata mi ICBP senilai Rp 1.896 per bungkus, sedangkan tahun depan naik 7,01% menjadi Rp 2.029 per bungkus.
Begitu pula dengan penjualan produk susu, di akhir tahun bisa mencapai Rp 16,08 juta per ton. Sementara tahun depan penjualan naik 2,99% jadi Rp 16,56 juta per ton.
Kinerja ICBP bakal tertahan oleh keraguan pasar terhadap kondisi ekonomi sehingga membatasi belanja konsumen. Christy pun mempertahankan rekomendasi neutral dan memangkas target ICBP menjadi Rp 9.000 dari sebelumnya di Rp 9.100 per saham.
Adapun Joni dan Stella merekomendasikan buy dengan target masing-masing senilai Rp 10.450 dan Rp 10.000 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News