kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45895,55   2,12   0.24%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

ICBP konsolidasi bisnis minuman non alkohol


Jumat, 28 Juni 2013 / 07:10 WIB
ICBP konsolidasi bisnis minuman non alkohol
ILUSTRASI. Mau yang Hemat? Cek Harga Sepeda Gunung Polygon Xtrada 5 Terbaru Januari 2022


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Yuwono Triatmodjo

JAKARTA. PT Indofood CBP Tbk (ICBP) mengambil siasat untuk mengkonsolidasi unit bisnis minuman non-alkohol Grup Salim yang dijalankan PT Pepsi-Cola Indobeverages (PCIB).

Proses konsolidasi dilakukan dengan jalan akuisisi PCIB oleh dua anak usaha ICBP yakni PT Indofood Asahi Sukses Beverage (IASB) dan PT Asahi Indofood Beverage Makmur (AIBM).

Dua entitas ini merupakan hasil patungan antara ICPB dengan Asahi Group Holdings Southeast Asia Pte Ltd. IASB dan AIBM mengakuisisi masing-masing sebanyak 15.000 dan 264,11 juta saham PCIB.

Nilai total transaksi tersebut disepakati US$ 30 juta. Transaksi ini sejatinya berada di lingkaran bisnis Grup Salim saja. Soalnya, PCIB boleh dikatakan adalah saudara sepupu ICBP.

PCIB merupakan perusahaan patungan antara PT Gapura Usahatama dengan Seven-Up Nederland BV. Seven-up ialah perusahaan afiliasi Pepsi Co Inc, sementara Gapura merupakan salah satu unit usaha Grup Salim.

Kinerja PCIB yang punya usaha di bidang produksi, pemasaran dan distribusi minuman non-alkohol ini terbilang lumayan. Ini terlihat dari penjualan bersih sepanjang 2012 yang mencapai Rp 714,4 miliar.

Selepas transaksi ini, kinerja PCIB tentu bakal masuk ke laporan konsolidasi ICPB. "Saya sangat senang PCIB dikonsolidasikan ke perusahaan patungan ICBP dan Asahi," tulis Anthoni Salim, Direktur Utama ICBP dalam keterangan resmi, Kamis (27/6).

Secara kasat mata, transaksi ini diklaim Anthoni untuk memperkuat posisi Grup Indofood di industri minuman non-alkohol nasional. Tapi jika dicermati lebih lanjut, transaksi tersebut bisa jadi bagian dari strategi konsolidasi besar-besaran yang dilakukan Grup Salim.

Strategi konsolidasi setidaknya tercium dari aksi korporasi yang dilakukan PT Dyviacom Intrabumi Tbk (DNET). Akhir April lalu, perusahaan kelas teri itu tiba-tiba melontarkan aski korporasi terbilang besar.

DNET sedang dalam proses menerbitkan 14 miliar saham baru melalui skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue. Saham rights issue itu bernilai nominal Rp 250 per unit.

DNET menetapkan harga pelaksanaan rights issue Rp 500 per saham. Artinya, jika rights issue terserap maksimal, DNET bakal meraup dana segar Rp 7 triliun. Uniknya, dana tersebut digunakan untuk mengakuisisi tiga perusahaan yang punya aroma Grup Salim.

Perusahaan pertama yang dibeli DNET adalah PT Fast Food Indonesia Tbk (FAS), pemilik jaringan restoran cepat saji Kentucky Fried Chicken (KFC). DNET mengambil-alih 35,84% saham FAST senilai Rp 1,99 triliun.

DNET juga membeli 31,5% saham PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), penguasar pasar roti nasional melalui merek "Sari Roti". Nilai transaksi akuisisi ROTI mencapai Rp 2,13 triliun.

Perusahaan terakhir yang dibeli DNET adalah PT Indomarco Prismatama, pemilik jaringan minimarket "Indomaret". DNET mengakuisisi 40% saham Indomarco senilai Rp 2,64 triliun.

Selama ini, Indomarco berada langsung di bawah kendali PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang menjadi induk ICBP. Kamis (27/6), harga ICBP ditutup naik 3,18% menjadi Rp 11.350 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×