Reporter: Annisa Aninditya Wibawa, Kornelis Pandu Wicaksono | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. PT Indonesia Air Transport Tbk (IATA) berniat memangkas utang dengan mengonversikannya menjadi saham. Maka itu, IATA akan menerbitkan saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias private placement senilai maksimal Rp 460 miliar.
Emiten usaha pengangkutan udara niaga dan jasa angkutan udara tersebut mengaku telah mengajukan proposal konversi utang menjadi saham dan telah mendapat persetujuan dari kreditur.
Dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), kemarin, manajemen IATA menyebutkan, jumlah kewajiban IATA akan turun dari Rp 954,97 miliar menjadi Rp 494,97 miliar, jika aksi konversi utang ke saham tersebut disetujui. Di sisi lain, nilai ekuitas perusahaan ini akan bertambah dari semula Rp 114,09 miliar menjadi Rp 574,09 miliar.
Alhasil, rasio utang berbanding ekuitas alias debt to equity ratio (DER) yang semula berjumlah 8,37 kali, bisa susut menjadi 0,86 kali. Jika melihat simulasi kenaikan ekuitas pasca konversi saham, maka efek dilusi aksi ini bisa mencapai 80,13%.
Berdasarkan laporan keuangan per Juni 2013, pemegang saham IATA terdiri dari PT Global Transport Services (19,02% saham), Smart Empire Group Ltd (19% saham), Bank Sarasin and Cie AG Singapore Branch (13,37% saham), ABN Amro Nominees Singapore Pte Ltd (9,27% saham) dan sisanya dimiliki publik.
Untuk memuluskan aksi ini, IATA akan menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB), 7 November nanti. Kinerja IATA sendiri kurang cerah di tahun ini. Keterbukaan informasi IATA di BEI, menyatakan, hingga 22 Oktober, IATA mencetak rugi bersih Rp 78,19 miliar.
Analis Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe menilai konversi utang menjadi saham ini bisa berdampak positif terhadap kinerja IATA, karena bisa menjadi sehat. Cuma, dia menyarankan hold saham IATA. Kemarin, harga IATA anteng di Rp 94 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News