Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Prediksi sejumlah lembaga penting, mulai dari Bank Indonesia (BI), World Bank (WB) maupun sejumlah analis, mengenai pergerakan rupiah tahun ini meleset.
Pada awal tahun, misalnya, BI memprediksi pair (USD/IDR) akan berada di kisaran 8.900-9.200 di sepanjang 2012. Namun saat ini, rupiah sudah melemah menembus level psikologisnya di level 9.600.
Menurut Ali Setiawan, Head of Global Market, The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited (HSBC), pelemahan rupiah tidak serta merta terjadi karena fundamental Indonesia yang jelek. "Pelemahan rupiah sejalan dengan perlambatan ekonomi yang terjadi di global dan regional, terutama China," jelasnya.
Dia menjelaskan, perlambatan ekspor serta kenaikan tingkat impor barang baku menjadi faktor utama melesatnya permintaan atas dollar AS. "Perekonomian Indonesia cukup tergantung dengan ekpsor bahan baku, terutama batubara. Masalahnya, perlambatan ekonomi global memangkas permintaan bahan baku," jelasnya.
Selain itu, pelemahan rupiah juga berkaitan dengan kenaikan harga minyak dunia. "Semakin mahal harga minyak dunia, semakin banyak dollar AS yang diperlukan untuk membeli minyak," ungkapnya.
Nah, pada awal tahun 2012, HSBC sudah meramal pergerakan rupiah akan tertekan hingga ke level 9.800. "Saya rasa hal itu bisa terjadi menjelang akhir tahun nanti," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News