kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Holding BUMN sebagai generating value


Jumat, 17 November 2017 / 07:00 WIB
Holding BUMN sebagai generating value


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembentukan holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih menyisakan pro kontra. Pelaku pasar tampak masih khawatir, tercermin dari penurunan harga saham emiten BUMN yang akan segera masuk holding.

Pengamat pasar modal menilai pembentukan holding merupakan value generating di Kementerian BUMN.

Harga saham PT Timah Tbk (TINS) misalnya, ditutup turun 1,67% ke level Rp 885 per saham pada perdagangan Kamis, (16/11). Sebagaimana diketahui, TINS akan segera tergabung dalam holding BUMN tambang.

Pengamat Pasar Modal Satrio Utomo menilai, pembentukan holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) malah bisa berdampak bagus dan efektif. Ketika emiten menjadi anak dari perusahaan yang lainnya, setidaknya dia akan lebih serius mencari keuntungan, dan diharapkan lebih professional.

Berbeda jika dia tetap berada di bawah Kementerian BUMN. Satrio melihat terkadang perhatian kementerian BUMN masih kurang. Sehingga pengambilan keputusan di perusahaan terbuka menjadi lebih tidak efektif.

Dalam kasus holding tambang, pertimbangan pertama, Inalum juga mengejar keuntungan. Kedua, Inalum sebenarnya lebih menguasai permasalahan di bidang pertambangan.

Dengan demikian Satrio melihat anak usaha yang ada di bawahnya otomatis akan lebih professional dan efisien dalam mengejar keuntungan.

“Jika dicermati, pemerintah sebenarnya ingin menciptakan value di Inalum,” tutur Satrio, Kamis (16/11).

Tidak menutup kemungkinan Inalum nantinya juga akan didorong untuk melakukan pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO).

Menurut Satrio, Jokowi dalam hal ini belajar dari pengalaman presiden terdahulu, Megawati. Keputusan menjual Indosat di masa lampau menjadi weakness point dari Megawati.

Karena itu, Satrio memprediksikan melepas BUMN secara keseluruhan bukanlah keputusan yang akan dipilih oleh Jokowi. “Upaya pembentukan holding ini adalah value generating di Kementerian BUMN,” tambah Satrio.

Pemerintah menurutnya butuh utang dan fresh money. Perkara nanti akan dilepas sebagian dalam IPO atau placement, urusan nanti. Diharapkan memang pengelolaannya lebih efektif efisien dan professional. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×