kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Hingga Mei, capex TBLA yang terserap sudah 30%


Rabu, 12 Juni 2013 / 19:59 WIB
Hingga Mei, capex TBLA yang terserap sudah 30%
ILUSTRASI. Net buy asing di pasar reguler sebesar Rp 36,52 triliun dan di seluruh pasar sebesar Rp 29,68 triliun.


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Meski masih tertekan harga komoditas sawit, hal ini tidak membuat ekspansi PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) menjadi tersendat. Hal ini bisa dilihat dari serapan modal belanja atau capital expenditure (capex) TBLA.

Untuk 2013, TBLA mengalokasikan capex Rp 670 miliar. Sementara hingga Mei lalu, capex yang sudah terserap mencapai 30% atau setara dengan Rp 200 miliar.

"Sumber pendanaannya 75% dari pinjaman bank, sementara sisanya dari kas internal," ucap Sudarmo Tasmin, Deputi Presiden Direktur TLBA, Rabu (12/6).

Lebih jauh Sudarmo merinci, dari total capex tersebut, sebesar Rp 50 miliar digunakan untuk membangun satu pabrik TBLA yang baru di Lampung yang direncanakan mulai beroperasi pada 2014 mendatang. Selama ini, TBLA memiliki empat pabrik kelapa sawit. Pabrik ini ditargetkan memiliki kapasitas produksi 45 ton per jam. Jadi, jika dikombinasikan dengan empat pabrik lama, maka kapasitas produksi sawit TBLA mencapai 270 ton per jam.

Lalu, Rp 340 miliar akan digunakan untuk ekspansi lahan tertanam. Sudarmo mengatakan, pihaknya akan menambah 4.000-5.000 hektare lahan tertanam setiap tahun. Selama ini, total lahan tertanam yang dimiliki TBLA seluas 60.000 hektar.

"Setiap hektare investasinya sekitar Rp 55 juta. Langkah ini dilakukan untuk memacu volume produksi kelapa sawit sebanyak 20 ton per hektare," tegas Sudarmo.

Manajemen juga menganggarkan capex Rp 93 miliar untuk ekspansi unit bisnis gulanya. Dalam jangka panjang, unit bisnis ini ditargetkan memiliki kapasitas produksi 600.000 ton per tahun dengan penambahan luas lahan tebu menjadi 18.000 hektare dari sebelumnya 2.500 hektare.

Nah, sisa capex tersebut akan digunakan kebutuhan ekspansi TBLA yang lain. Yang jelas, dengan semua ekspansi yang difokuskan untuk produk sawit beserta turunannya, manajemen optimistis mampu memproduksi CPO seberat 180.000 ton hingga akhir tahun nanti.

Angka tersebut naik 33% dibanding realisasi volume penjualan CPO tahun lalu, sebesar 135.000 ton. Sementara untuk average selling price (ASP), manajemen menargetkan berada pada level US$ 730 per metrik ton.

"Sampai Maret lalu, ASP-nya berada di level US$ 738 per metrik ton," pungkas Sudarmo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×