Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) masih mampu menorehkan penjualan positif, kendati perlambatan ekonomi membayangi industri properti di Tanah Air. Hingga Juli 2015, Pakuwon merealisasikan target marketing sales atau pra penjualan hingga 63,6%. Emiten properti ini mengantongi pra penjualan Rp 2,16 triliun dalam tujuh bulan pertama.
Minarto Basuki, Direktur Keuangan PWON mengatakan, marketing sales ini diperoleh dari proyek-proyek high rise dan landed house di Surabaya, yakni Pakuwon City dan Grand Pakuwon. "Jumlah ini setara dengan 63,6% dari target yang dipatok perseroan tahun ini yakni sebesar Rp 3,4 triliun," kata Minarto kepada KONTAN, Selasa (25/8).
PWON tidak berniat buyback saham, meski harga saham perseroan merosot 38,1% sejak awal tahun. "Kami mau fokus mengembangkan proyek saja," kata dia.
PWON akan menggarap proyek proyek-proyek seperti Tunjungan Plaza (TP) 5 dan TP 6, perluasan Supermall Pakuwon, dan pengembangan Grand Pakuwon City serta Kota Casablanca II. Untuk itu, PWON tahun ini menganggarkan belanja modal Rp 2,5 triliun yang berasal dari kas internal, hasil penjualan dan pinjaman sindikasi.
Minarto mengatakan, TP 5 direncanakan beroperasi pada kuartal III. Sedangkan TP 6 masih dalam konstruksi. Di Kota Casablanca, Pakuwon baru-baru ini menandatangani kerja sama pembangunan apartemen Casa Grande II dengan pengembang asal Korea, Lotte Totalindo.
Proyek Casa Grande II ini terdiri dari tiga tower apartemen dengan total unit mencapai 1.200. Dua tower telah dipasarkan, yakni tower Angelo dan Bella dengan progres penjualan masing-masing 64% dan 58%. Sementara pemasaran tower Chianti baru dalam tahap pra-launch. Investasi ketiga unit apartemen ini mencapai Rp 2 triliun.
Meskipun tantangan perseroan tahun ini cukup besar, Minarto optimistis, PWON bisa menorehkan pertumbuhan pendapatan hingga 22% pada akhir tahun. Tantangan pelemahan rupiah tidak terlalu mengkhawatirkan Pakuwon. Perusahaan telah mengantisipasi, baik dari sisi utang maupun bahan material properti.
Beberapa proyek yang menggunakan material impor sudah selesai. Untuk proyek yang tengah berjalan, Pakuwon telah mencadangkan material berbasis dollar. Utang Pakuwon dalam mata uang dollar AS pun telah sepenuhnya terlindungi oleh hedging. PWON memiliki utang obligasi US$ 200 juta yang jatuh tempo pada tahun 2019.
Fikri Suhada, analis Panin Securitas, dalam risetnya 31 Juli 2015 memandang prospek PWON masih positif hingga akhir tahun meski ada rugi kurs Rp 195 miliar pada semester pertama. Fikri merekomendasikan buy PWON dengan target harga Rp 500 per saham karena performa marketing sales yang kuat serta valuasi saham yang masih menarik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News